Beberapa Riwaya Hidup Ibn Arabi yang Mengesankan

Awal kenapa mencari sebanyak mungkin literatur tentang beliau yang bisa ditemukan di internet, setelah tak sengaja memasukkan namanya dalam dialog di salah satu karangan fiksi, ketika seorang istri yang kolektor buku filsafat (salah satu karya Ibn Arabi yang pernah kubaca sekilas kukategorikan buku filsafat) bergurau dengan suaminya yang kolektor buku sastra.

Tadinya ada dialog seperti ini:

Istri: "Sastrawan bisa dikategorikan filsuf, tapi KW. Ketidakmampuannya mencapai kebenaran hakiki tertolong oleh kemampuannya merangkai indah kata-kata."

Suami: "Filsuf sebenarnya kepingin jadi penyair, tapi gagal. Belum bisa menyampaikan kebenaran dalam bahasa yang bisa dipahami oleh bunga yang mekar dan hangatnya matahari pagi. Kata-katanya kuncup, tidak mekar mewangi."

Terima kasih Tuhan, ternyata dalam diri tiap manusia sudah ada "auto correct". Ketika menulis filsuf sebenarnya kepingin menjadi penyair, ingatan menegur. Al Ghazali banyak menulis syair indah, coba periksa dulu karya Ibn Arabi yang lain, jangan terburu-buru, baru menamatkan satu buku sudah menggeneralisir. Ingatan yang lain menimpali, mana ada penyair yang tak paham filsafat? Bila ada, mungkin belum penyair, baru perangkai kata indah.

Betul, beberapa literatur tentang Ibn Arabi di internet menyebutkan beliau pernah menulis satu buku tentang cinta. Beberapa menafsirkan buku itu wujud kekagumannya pada kecantikan dan kecerdasa putri seorang pembesar di Mekkah, sebagian yang lain menganggapnya masih berbicara tentang cinta Ibn Arabi terhadap Tuhan, namun disamarkan dengan syair agar lebih mudah dipahami sekaligus tidak terkungkung dalam makna yang lugas, sebagaimana proses manusia belajar mengenal dan mencintai Tuhan, yang terus tumbuh dan berkembang.

Untuk sementara, yang paling mengesankan dari kutipan-kutipan riwayat hidup beliau yang bisa kudapat di internet, ketika Ibn Arabi bertemu sekelompok orang yang sedang melakukan 'ritual' tertentu untuk meminta kekayaan. Orang-orang itu bertanya pada Ibn Arabi yang mereka kenali, "Di manakah Tuhan? Mengapa permintaan kami tidak juga dikabulkan?"

Ibn Arabi menjawab, "Tuhan kalian ada di bawah kakiku." Orang-orang itu menjadi marah, beliau mulai dicap 'melenceng' dari syariat. Ada yang menyebut penyebab Ibn Arabi terbunuh juga karena kejadian itu.

Beberapa tahun setelah Ibn Arabi pergi, tempat dimana beliau berdiri dan mengucap kalimat di atas, ditemukan bongkahan-bongkahan emas. Tuhan kaum yang sedang melakukan 'ritual' dan bertanya kepadanya, memang baru emas.

Popular posts from this blog

Resensi Buku Suka-Suka: "Picatrix"

Ejapi Tompi Na Doang

Debat