Posts

Showing posts from March, 2014

Beberapa Riwaya Hidup Ibn Arabi yang Mengesankan

Awal kenapa mencari sebanyak mungkin literatur tentang beliau yang bisa ditemukan di internet, setelah tak sengaja memasukkan namanya dalam dialog di salah satu karangan fiksi, ketika seorang istri yang kolektor buku filsafat (salah satu karya Ibn Arabi yang pernah kubaca sekilas kukategorikan buku filsafat) bergurau dengan suaminya yang kolektor buku sastra. Tadinya ada dialog seperti ini: Istri: "Sastrawan bisa dikategorikan filsuf, tapi KW. Ketidakmampuannya mencapai kebenaran hakiki tertolong oleh kemampuannya merangkai indah kata-kata." Suami: "Filsuf sebenarnya kepingin jadi penyair, tapi gagal. Belum bisa menyampaikan kebenaran dalam bahasa yang bisa dipahami oleh bunga yang mekar dan hangatnya matahari pagi. Kata-katanya kuncup, tidak mekar mewangi." Terima kasih Tuhan, ternyata dalam diri tiap manusia sudah ada "auto correct". Ketika menulis filsuf sebenarnya kepingin menjadi penyair, ingatan menegur. Al Ghazali banyak menulis syair indah,

Oleh-oleh Jum'atan Kemarin: Ikhlas

Jarang kepingin posting perihal 'beragama' secara tekstual, lebih baik berhati-hati jangan sampai teks, konteks hingga aktualnya jalan sendiri-sendiri, beda kata, maksud dan laku. Selain rasanya kita sudah kebanyakan teks dan konteks, kekurangan pelakon 'dakwah bil hal' di 'panggung', yang sembunyi-sembunyi masih banyak. Tapi karena ceramah Jum'at khatib kemarin memang bagus jadi tidak tahan untuk berbagi, isinya tentang ikhlas. Beberapa garis besar yang bisa terpungut: Ibadah yang ikhlas walau sedikit tapi teratur, lebih baik dari pada ibadah yang banyak tapi tanpa hati dan karena harap pujian, sebutan, julukan dan mungkin juga karena harap pahala (mestinya harap ridha?); Ikhlas hanya bisa dicapai bila dari niat hingga tata cara sudah benar. Tidak ada kejadian yang berdiri sendiri. Usai khatib ceramah, saat shalat dimulai jama'ah, ada kejadian yang masih satu konteks. Imam jumatan bacaan tajwidnya sendu. Beberapa jama'ah terbawa dengan lantutan

Demokrasi Ayam Hitam **

Bila berkesempatan berada di TPS di Makassar tanggal 9 April nanti, saya tidak golput versi ke TPS membatalkan kertas suara atau versi tidur di rumah. Saya mau memilih ala Demokrasi Ayam Hitam, kearifan lokal suku Kajang Dalam di Bulukumba. Tahun 1995, seorang kawan seangkatan di FT Arsitektur mengundurkan diri dari kampus, karena terpilih menjadi Lurah di Kajang Dalam, usianya baru 19-20 tahun. Lurah di suku Kajang Dalam tidak setara dengan "Ammatoa" pimpinan suku. Lurah di sana hanya berfungsi administratif. Seorang Lurah hanya bisa terangkat bila sudah disetujui oleh Ammatoa. Banyak cerita 'mistis' tentang suku Kajang Dalam, ada ayah seorang kawan tahun 1990 harus ke sana mengambil foto semua kepala keluarga untuk di data kemudian dibuatkan KTP gratis, biayanya ditanggung pemkab. Berbekal surat dari Lurah dia berkeliling perkampungan dari rumah ke rumah mengambil foto. Negatif dari dua kamera yang dibawa saat dicuci, gambarnya kosong, seperti memotret matahari,

Karakter

Pikiran menjadi kata-kata, kata-kata menjadi tindakan, tindakan menjadi kebiasaan, kebiasaan menjadi karakter, dan karakter membentuk nasib. ~ Pepatah Kuno Ada dalam dialog Margareth Tatcher di film "Iron Lady", adegan sesudah mengundurkan diri dari jabatan PM, mulai sepuh dan sering berhalusinasi tentang mendiang suaminya. "Tahukah pikiranku seperti apa? Pikiranku menjadi kata-kata, kata-kataku menjadi tindakan, tindakanku menjadi kebiasaan, kebiasaanku menjadi karakter, dan karakterku ikut membentuk nasib Inggris Raya, jadi lebih baik dari sebelumnya." Saat didesak dokter agar bisa membedakan mana yang ilusi dan mana yang kenyataan, dagunya terangkat tegak, intonasi dan artikulasinya bertenaga, dokter yang menasehatinya malah kena semprot ala Perdana Menteri (lagi PMS :D ). *** Kepingin bisa mengurai hasil pengamatan langsung pada beberapa orang 'berkarakter baik' yang kukenal dekat dan sudah lebih dulu berpulang. Siapa tahu bisa diduplikasi