Posts

Showing posts from April, 2015

3 Induk Pengasih dan 1 Ayah Pengayom

Sebelum pulang kampung saat SMA Kelas I, sudah tahu ada konsep “Tiga Berpilin Jadi Satu” di Minangkabau dari buku “Alam Terkembang Jadi Guru” (A.A. Navis). Akhirnya melihat sendiri bagaimana penerapannya dan terkagum-kagum. Umur segitu sedang semangat-semangatnya belajar berorganisasi di Makassar. Tiga kaki, kokoh dan stabil saling sokong menyokong membangun peradaban masyarakat dan peradaban tiga komponen lembaga masyarakat itu sendiri. Tahun 1989 kuanggap masa keemasan penerapan konsep cerdik pandai - alim ulama - penghulu. Masjid Qura’ Batang Gadih masih berupa Langgar berdinding kayu. Sebagian teras masjid berada di atas sungai. Almarhum Buya sesekali mengajak berjama’ah ke sana. Dikenalkan pada mereka yang suka berlama-lama di masjid, bergelar adat mirip satu sama lain, kalau bukan Pakih (dari kata Pak Kiai), mesti Katik (dari kata Khatib). Sempat diajak mendengar almarhum Buya bersama-sama penghulu adat, kaum terdidik, bermusyawarah menyelesaikan masalah-masalah kes

Kacang dan Kulit harus saling Melupakan **

** terinspirasi judul tauziah pagi ini Seolah buah tumbuh karena pohon, padahal pohon diciptakan tumbuh demi buah ~ Matsnawi, Rumi Dalam konteks etiket, pepatah kacang lupa kulit gambaran sifat tidak tahu berterima kasih. Setelah adab kepada sesama ciptaan antara kulit dan kacang, teruskan ke adab antara ciptaan dan Pencipta. Kacang dan kulit sekedar menjalani ketentuan-Nya, atau si Kacang bisa terjebak mengkultuskan kulit, dan si kulit merasa diri sebagai penyebab keberadaan kacang. Ketika kacang berterima kasih kepada kulit, kacang berterima kasih kepada sesama ciptaan Tuhan yang saling bersinergi wujudkan ketentuan-Nya. Kulit ketika menerima kasih dari kacang, buru-buru mengembalikan kasih kepada-Nya sebelum dalam dirinya tumbuh perasaan menjadi sebab terjadinya sesuatu.

Satu Bis Kekuasaan **

** terjemahan suka-suka arti kalimat abuse of power Habis ngedit postingan "Membangun Peradaban #1" nambahin beberapa kutipan ayat Qur'an, buka twitter sebentaran, lagi rame pemblokiran situs dan penarikan buku agama Islam yang mengajarkar radikalisme. Gugling tapi belum dapat artikel yang bisa terbaca jelas bagian yang dianggap mengajarkan kekerasan. Kalau mau jujur, ada beberapa hadit's dan ayat Qur'an yang bila tidak diikuti penjelasan tambahan tentang konteks utuh, mulai dari merunut ayat sebelum dan sesudah, konteks surah di mana ayat tersebut tertulis, hingga sejarah mengapa ayat atau hadits tersebut diturunkan, isi tekstualnya kekerasan. Apakah lantas membuat umat Islam yang berpegang kepada Hadits dan Qur'an menjadi pelopor kekerasan? Hanya sebagian kecil. Sebagian besar masih tetap berpegang teguh kepada apa yang dicontohkan Rasulullah SAW, menjadi rahmat bagi alam semesta. Proses sebuah "teks" yang dibaca manusia sebelum menjadi paham