Posts

Showing posts from November, 2012

Ayat "Basah"

Ada beberapa surah, bila dibaca jahar (bersuara) oleh imam shalat yang membaca dengan hatinya, entah kenapa hati bisa ikut melantunkan ayat demi ayat, padahal kita belum hafal sama sekali bacaannya, hati yang ikut melantunkan, bagai "dibelai". Hati kalo gak karena belaian, ya karena dilukai, efeknya ke mata, nangis. Habis salam, udah lupa lagi baca surah apa tadi. Dengan pengetahuan syari'at, tartil, tafsir dan tajwid yang minim, sekelas anak ibtidaiyah (setara SD) maka, bisa dipastikan shalat yang hati ikut melantunkan ayat tadi, andai mendekati khusyu, bila patokannya rasa haru, kuanggap "hadiah" karena maha pemurah-Nya Tuhan, bukan pencapaian. Konon, Rabi'ah bila mendapati shalatnya "mendekati" khusyu', maka keesokan hari Rabi'ah berpuasa, tanda syukur. Aku bisanya nangis doang.. Wallahu'alam..

Flush Mechanism

Flush mechanism pas diterjemahkan pake google, artinya mekanisme penyiraman. Kurang pas. Apa ya? Untuk menggambarkan kemampuan manusia menyiram, mengalibrasi, mereset, menenangkan kembali dirinya, lalu kembali berada di "keteraturan"? Keteraturan dengan tanda petik, karena ketidakberaturan sebenarnya juga keteraturan (ketidakberaturan juga berpola) yang tidak mengikuti pola "mainstream".

Hidup Itu Bergerak

Image
truk lalu lalang di pelabuhan Paotere | 2012 @aanburhany

Mandat - Bab Sekian

Hiruk pikuk reformasi menyebar ke seluruh negeri. Di pulau terpencil dari televisi dan radio kami terus mengikuti perkembangan dan ikut membayar "harga" nya. Nilai tukar mata uang dollar terus menekan rupiah hingga 20.000 rupiah. Malam itu kami putuskan hentikan sementara pembangunan instalasi air bersih dan listrik kepulauan. Besok pulang ke darat coba negosiasi ulang dengan pemilik proyek, hampir semua harga material naik hingga 200%.

Tidak Ada Orang Bodoh

Image
"Tidak ada orang bodoh, hanya saja, tidak banyak orang beruntung mendapatkan pengajaran dari guru/dosen yang baik." - Prof. Johannes Surya. masa depan Indonesia | fotografer: Giant Palacubang 2012

Kode dan Metafora

Posting ini sebenarnya rasa rindu yang meletup. Rindu "menari" seperti dulu, menari dengan penuh keyakinan bahwa baik buruk tarianku, bukanlah untuk memuaskan penonton, ditafsirkan apa terserah. Juga menari tanpa harap ditonton, kalaupun ternyata ada yang menonton, itu karena mendengar musik yang sama dan keinginan menarikannya di panggung masing-masing. Kode itu penyamaran. Penyamaran itu kepura-puraan. Berpura-pura itu hipokrit, hipokrit itu munafik. Belum tentu semua begitu alurnya (sebagai yang sesekali memakai kode aku membela diri). Kode juga digunakan agar informasi di tempat umum yang ingin kita sampaikan kepada seseorang hanya sampai pada orang tersebut, pada yang memiliki "decode" atau pemecah kodenya. Eh, itu mah sandi, kedua sisi yang bertukar informasi punya kode untuk memecah kode. Sandi sinonimnya kan kode? Kusut.

Pada Sabtu Sore yang Basah

Image
Senja selepas hujan adalah momen mistis. Embun halus sisa hujan yang dilewati cahaya matahari menjadi warna-warni syahdu, embun dan cahaya sedang bercinta.   Seorang tua dan anak muda dari tepi tanggul pemecah ombak terdiam menikmati warna-warna yang hanya bisa terasa di hati. Sekejap saja warna itu akan hilang, secepat menghilangnya uap air di udara. Ia tak ingin berkedip sedikitpun, sementara pak Tua mengatupkan matanya seolah tidur, melangkah berlahan menuju laut. "Tuan, apa kau akan berjalan di atas air? Buatlah tanda, aku juga ingin bisa sepertimu.." Ditegurmya pak Tua melihat kakinya sudah sampai di bibir laut. Tak menjawab, ombak kecil menyapu jari-jari hingga ke tumitnya, dan terus melangkah berlahan. "Tuan, ke sini saja duduk bersamaku, aku ada rokok dan bawa kamera. Jangan mati dulu sebelum foto berdua!" Pak Tua itu semakin ke tengah, air laut sudah sepinggangnya dan masih terus berjalan, hingga akhirnya lenyap sama sekali. Dimulai bintik