Posts

Showing posts from June, 2010

Makna sebuah titipan - WS. Rendra

Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku, bahwa sesungguhnya ini hanya titipan, bahwa mobilku hanya titipan Nya, bahwa rumahku hanya titipan Nya, bahwa hartaku hanya titipan Nya, bahwa putraku hanya titipan Nya, tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku? Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku? Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini? Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku? Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ? Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka, kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa itu adalah derita. Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku, aku ingin lebih banyak harta, ingin lebih banyak mobil, lebih banyak rumah, lebih banyak popularitas, dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan, Seolah semua "derita" adalah hukum

Sehabis Membaca Surat Cinta BJ Habibie

Ini: Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu. Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, dan kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu. Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat, adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.  Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang. Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang, pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada, aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.  Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang, tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik. Mana mungkin aku s

Bola Made In Indonesia di WC2010

Bukan cuma bola, sepatu juga. Sepatu buatan indonesia dengan simbol 3 garis simetris dipakai juga di piala dunia Afrika Selatan. Awalnya sempat bangga, wah! PSSI (yang kalo mengikuti pola penamaan tim nasional menurut tarian daerah mungkin cocok disebut tim "serampang 12") memang tidak ke Afsel, tapi bolanya nyampe! Pas nyari literatur tentang produk tersebut. Duh! Jadi miris! Kosanku dulu 3x4m dengan kamar mandi sebulan 200rb di Condet dulu masih mendingan timbang barak-barak mereka di dekat pabrik yang sebulan 400-500rb. Bila mengikuti UMR, tiap bulan duit yang bisa mereka bawa pulang sekitar 800rb-1.5 juta rupiah. Jangankan kirim ke kampung untuk keluarga (mereka rata-rata perantau) untuk bertahan hidup saja kadang mereka sulit, yang tinggal di Jakarta pasti taulah biaya hidup di sana. Kubayangkan usahaku sendiri di sini yang sedang berada di titik nol, minus bahkan. Namun dengan optimisme karena masih punya plan B, C dan D yang sedang berjalan, insya Allah keadaan akan

Himalaya

Image
Nonton jejak petualang ke gunung Himalaya di rumah teman. Mau dong diajak ke atap dunia.. x) Posted via email from ahsanburhany's posterous

Kita Tidak Hidup di Negeri Kappa

Negeri imajiner Ryunosuke Akutagawa, yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri tidak lama setelah menulis secara singkat novel "Kappa" 83 tahun lalu, negeri dimana anak manusia sebelum lahir ke bumi boleh memilih mau lahir atau tidak. Kita hidup di dunia dengan beragam sekat dan dinding, dibangun di atas kebencian yang diwariskan turun temurun, dibungkus legalitas palsu atas nama ras, suku, golongan bahkan religi untuk saling bunuh, saling benci, saling hujat dan memonopoli Tuhan sambil sesekali merasa pantas bertindak keji atas nama-Nya. Kita memang tidak bisa memilih akan lahir di balik tembok yahudi, arab, nasrani, muslim atau atheis, tapi kita bisa memilih akan membuat dunia ini jadi lebih baik atau lebih buruk, dengan meneruskan kebencian turun-temurun atas nama apapun itu, dan melupakan persamaan universal, -demi Tuhan!- kita ini manusia, bukan binatang dimana yang kuat memangsa yang lemah. Tidak perlu menjadi seorang Sidharta Gautama untuk itu. Tidak perlu