Segelas Air Putih

"An.." "Saya ulang kali latihan dengannya untuk hadapi keadaan sekarang, entah dia atau saya yang akan lebih dulu pergi. Di tempat tidur kita obrolkan tentang perpisahan, hampir tiap malam An!" "Tapi saya tidak juga merasa kuat.." Berikutnya hanya isak tangis yang kudengar. Tangisan laki-laki tua berusia 89 tahun yang mengabariku istrinya meninggal dunia. Seorang laki-laki tua veteran pejuang kemerdekaan terisak pada kehilangan yang dia sadari memang bukan miliknya. Perpisahan tidak akan pernah lebih mudah, walau itu adalah perpisahan yang kita alami untuk ke sejuta kali, sekalipun.

Kupikir aku cukup kenal diriku dan ritmenya, sejak pagi cuma ada satu kata di kepalaku, rehat. Selepas magrib maen ke kantor travel sekedar say hello dan nanya-nanya kali aja ada terselip tiket murah ke Makassar besok pas weekend begini.  Baru juga senyum, belum ngobrol sudah ada telpon dari rumah di Makassar. Beritanya seru! Boleh jadi akan menjadi episode keempat dalam hidupku. Bertani, semoga doa'ku untuk pensiun dari riuhnya dunia di gubuk kecil di tengah sawah dekat surau beratap daun rumbia dan gemericik sungai kecil didengarkan Tuhan. Amin

Bahwa yang bersalah bukan hanya engkau, bahwa yang berbuat dosa bukan hanya kau, tapi juga aku.. Bahwa paling pertama harus aku benahi justru, adalah apa yang ada dalam hati dan akal pikiranku..