Posts

Showing posts from October, 2011

Oleh-oleh Hari Keempat: Melampuan

Image
Melampuan dan beragam upacara adat di Indonesia pasti punya daya jual dan daya pikat, kalau tidak punya mbok ya ditingkatkan daya jualnya, pakar pencitraan timbang ngurus citra politikus mending ngurusin citra parawisata kita. Setelah kemasannya bagus, buat preview, live streaming, untuk ditonton orang seluruh dunia lewat internet, jadwal dan agendanya jelas.   Aku Punya Mimpi Mimpi dari tahun 2006. Suatu saat indonesia punya backbone link internasional sendiri, langsung ke simpul pusat internet dunia di Amerika, tidak lagi melalui Singapura, Australia, Jepang, Malaysia atau Hawai. Kemudian setiap kota di Indonesia punya Internet Exchange Point, setelah sebelumnya sudah banyak web-web popular, minimal di negeri sendiri, milik orang Indonesia, yang server dan hosting di kotanya masing-masing.

Hari Ketiga: What the hell?

Image
Sebelum mendengar salah satu penanya kemarin di Neka Gallery, yang protes tema UWRF2011 mestinya "cultivate the capitalism within" bukan "cultivate the land within" sudah mulai merasa aneh, kudapati di beberapa pojok Ubud, kita seperti menjadi "tamu" di negeri sendiri. Aku mulai motret pemandangan khas urban, pengemis dan gelandangan. Tidak sebanyak dan separah pemandangan di kota yang lebih besar seperti Makassar apalagi Jakarta. Kacau ini. Bukannya liburan malah mikir. Dari mengamati seorang kawan dan karyawannya di sini, bekerja bagi mereka adalah ibadah, apapun pekerjaannya, kasar ataupun berdasi, untuk umat Hindu yang taat, kerja itu ibadah juga. Sama, hampir semua agama juga mengajarkan begitu, apapun aktifitas kita, sedapat mungkin nilainya ibadah. Jatuh cinta juga begitu, landasan pertamanya vertikal dulu, ibadah karena Tuhan, tidak lupa berterima kasih pada yang memberi topi tapi lupa berterima kasih pada Tuhan yang memberi kepala unt

Oleh-Oleh Hari Kedua (Arsitektur dan Feromon)

Image
Pemandangan depan penginapan indah, hamparan sawah berundak, ingatkan pengalaman liburan masa kecil di  Batusangkar, mengairi sawah dengan bantuan gravitasi. Di Ubud perusahaan penjual dan penyewaan alat berat tidak bisa hidup. Mereka tidak butuh traktor, tongkang dan lain-lain untuk mengubah muka bumi, mereka yang patuh dan menyesuaikan diri pada rupa bumi. Orang Ubud menyadari bumi ini "rumah" dan mereka hanya "tamu" yang akan "pergi". Mereka tamat soal Arsitektur dan pengairan tanpa sekolah formal. Semalam berjalan kaki dalam hujan, aku tidak merasa sepi, aku menjadi noktah, bagian dari semesta raya. Arsitektur rumah dan tata kota di Ubud beresonansi penuh harmoni dengan alam sekitar, aku menemukan ketenangan batin pada tingkatan tertentu. Tenang, sama seperti kegalauan juga bertingkat-tingkat, ada ketenangan yang bisa dibangun melalui arsitektur dan tata kota yang baik, berselaras dengan alam sekitar. Dengan membenahi arsitektur dan tata kota

Oleh-Oleh dari Ubud (Bagian Satu)

Image
Sebenarnya selain ini ada 2 postingan lain tentang perjalanan ke Ubud kemarin (5 - 10 Oktober 2011), tapi kusimpan kembali, karena akan aku masukkan dalam "draft", statusnya menjadi "sedikit rahasia", halah .  catatan tambahan 20 Mei 2012 *kepikiran untuk memasukkan "episode Ubud" dalam novel yang entah kapan kuselesaikan, menyelesaikan fiksi mungkin lebih mudah, sisa ngarang, sementara menulis jurnal "perjalanan" harus menunggu beberapa episode perjalanan yang belum selesai. Keperluanku selama perjalanan ini juga tak banyak, menjenguk dan menemani bapak ketemu gede sampai beliau berangkat ke Cina berobat kanker Paru, juga untuk memastikan 45 hari terakhir ini delusi saja atau delusi juga untuk pembuka jalan ke delusi lainnya, sudahlah, karena sebaik-baiknya galau itu adalah galau yang terarah, sekedar memastikan tidak menambah derita di tempat lain. Banyak pengalaman berharga selama di sini, egois bila tak kubagi. Hari Pertama: Penggembira

Luka

Repost dari catatan 2 September 2011 Filosofi Luka di tumblr. Luka, bila tak membuat peka, membuat makin bebal. Pernah dapat luka goresan di lutut atau siku? Perih kalau pas kena air (apa lagi air asin) wuih! Beberapa minggu lalu ponakanku lututnya luka, jatuh habis berlarian dengan abangnya di teras. Waktu kubilas dengan air, membuang pasir yang melengket, dia nangis, “Periih Oom..” Air yang selama ini aku kenal berkarakter sejuk menyejukkan, buat hilangkan haus atau gerah, punya sisi perih juga. Sisi yang hanya bisa dirasakan oleh mereka yang terluka kulitnya. Luka di kulit, bila tidak kita rawat dengan baik, setelah sembuh akan meninggalkan keloid, kulit menebal dan berkurang kepekaannya. Luka di hati, bila tidak kita rawat dengan baik, setelah sembuh membuat kita menjadi pribadi yang lebih buruk. Kesampingkan penyebab dan sumber lukanya, paksa, karena seringkali apa yang kita anggap sebagai sebab dan sumber malah tidak tahu apa-apa, walau sakit. Marah dan benci di hati i