Posts

Showing posts from July, 2016

Tambahan Review Novel Atheis

Kemarin baru menulis review novel klasik, Atheis . Novel karya Achdiat K. Mihardja diterbitkan Balai Pustaka tahun 1948, yang tema dan pesannya masih relevan sekarang, 68 tahun kemudian. Kepingin menambahkan di halaman reviewnya , tapi ada aturan dilarang mengubah apa yang telah dimuat setelah batas unggah review semalam pukul 24.00, karena akan dikompetisikan. Padahal masih banyak yang ingin ditambahkan. Di sini saja tambahannya. Ada semacam euphoria, melihat bagaimana sastrawan 68 tahun silam telah bergelut dengan hal yang kini masih relevan, hingga masih ingin mengulasnya malam ini. Meski coba disamarkan, namun masih terasa Achdiat melalui novelnya mencoba merekonstruksi pondasi bangunan keyakinan beragama dan pondasi ketidakyakinan kaum rasionalis-atheis pada Tuhan. Titik Temu Atheis dan Theis Titik temu atheis dan theis ada pada kisah Ibrahim mencari Tuhan. Nabi Ibrahim Alaihissalam, tidak sekedar mempertanyakan eksistensi tuhan di masyarakat dan di keluarganya sendiri.

#30

Hari kemenangan rasanya belum pantas kurayakan. Inginnya bisa kucicil di 11 bulan berikutnya hari demi hari bahwa sebulan sebelumnya memang menang melawan diri sendiri. Semoga kembali bertemu ramadhan ikut kelas remedial. Semoga tak lagi sendiri di ramadhan berikutnya. Ini do'a bukan curcol, walau rasanya hampir semua do'a ku sebenarnya tjurhat . Sebelas bulan masih lama, sekarang sudah tanggal 2 Syawal. Saya berhutang maaf bila ada tulisan yang kiranya tidak berkenan. Maafkan lahir dan batin.

#29

Terorisme, genosida, penindasan, penjajahan dan lain-lain, atas nama apapun. Salah satu sebab utamanya lahir karena mengambil posisi berhadap-hadapan antara (yang dianggap) keburukan dan (seolah) kebaikan yang tertindas. Ambisi menguasai, dendam, perihnya diperlakukan tidak adil, tidak dianggap dan tidak diperlakukan selayaknya manusia, semua bukan pembenaran untuk melakukan tindakan yang sama buruknya. Iblis menggoda Adam dan anak cucunya bukan untuk mengungguli dan merebut mandat khalifah di muka bumi, mandat yang sampai kapanpun tidak akan pernah bisa diraih oleh Iblis. Keinginan Iblis melampaui soal menang-kalah. Iblis ingin menyeret anak cucu Adam jatuh ke level keburukan yang (minimal) sama dengannya hingga akhir jaman..

#28

Semua selamat kecuali yang tidak mau. ~ Hadits Bila menurut hadits di atas yang semoga tidak salah kutip, bahwa keselamatan adalah soal mau dan tidak mau. Maka letak 'selamat' tidak berada di luar diri sendiri, tidak bisa diusahakan oleh siapapun kecuali diri. Segala rambu, segala risalah, segala tuntunan, segala hidayah, tak guna bila tak mau. Konteks selamat dalam banyak do'a dan ucapan salam bila bukan tentang kedamaian maka tentang kesejahteraan. Mencapainya dimulai dengan mau, namun keduanya tidak akan bisa dicapai sempurna bila hanya diri sendiri yang merasa damai dan sejahtera. Kedamaian macam apa yang dicapai dengan cara merusak kedamaian itu sendiri. Kesejahteraan macam apa yang sedang kita nikmati bila itu dicapai dengan menjarah dan memiskinkan sekitar, pantaskan disebut sejahtera bila serakah tak kenal kenyang.

#27

Apa manfaatnya shalat, puasa, haji, zakat, berbuat baik, beragama, bertuhan? Apa untungnya? Pertanyaan di atas pernah kutemui beberapa kali. Pertama kali ketika digoda pentolan HMI yang sedang mengunjungi sahabat seniornya guru BP di SMA. Kebetulan bertamu saat dipanggil menghadap, karena hasil psikotes dan kelakuanku di sekolah klop, langganan keluar masuk ruang kepala sekolah. Menurut bu guru shalat tahajud akan membantuku mengendalikan diri. Tiga hari berturut-turut menghadap untuk diberi bimbingan khusus tentang tata cara shalat malam, dan jenis-jenis shalat malam. Di hari terakhir usai dibimbing, sahabatnya bertanya menggodaku, "Ngapain kamu shalat menghadap kiblat bila Allah meliputi segalanya tak hanya Kakbah?" Ingin menjawab pertanyaannya dengan pertanyaan yang timbul dari pertanyaannya. Ngapain shalat? Tapi ibu BP memberi kode menempatkan telunjuk di bibirnya. Nanti setelah mahasiswa, baru mengerti. Diskusi, debat atau apapun namanya dengan mahasiswa yang sed

#26

Konon ketika Fir’aun mulai menuhankan dirinya, Iblis yang selama ini menjadi pembisiknya, yang selalu menjadi tandem setia kesombongan dan nafsu Fir’aun sendiri. Akhirnya pamit. “Un, kamu keterlaluan. Saya berlepas tangan dari keinginanmu jadi tuhan manusia.” Kata Iblis sebelum berpamitan. “Aku tahu kau bukannya takut pada Tuhan. Maumu, kau yang kupertuhankan. Mahluk sombong sepertimu mana mau jadi hamba manusia.” Jawab Fir’aun duduk santai di singgasananya menunggu Musa. Di belakangnya telah bersiap tentaranya dengan dua orang tahanan yang akan dijadikannya contoh pada Musa bahwa dia memiliki kekuasaan seperti Tuhan yang bisa menentukan hidup dan mati manusia. “Hah! Betapa paripurna. Keberadaanku di sampingmu tidak guna lagi. Kesombonganmu sudah setara dengan kesombonganku saat menolak sujud.” “Pergi saja.” *** Iblis bukan mahluk, tapi sifat. Karena dalam Al Qur’an disebut iblis ada dari golongan jin dan dari golongan manusia. Sombong adalah akar dari semua sifat-sifat Ib