The First Cut is The Deepest

So does the second, third, fourth and after.. 

Selain tempat, aroma, warna, dan penanggalan. Lagu juga ‘mesin waktu’ yang hebat. 

Pertama dengar lagu ‘The First Cut is The Deepest’ versi penyanyi asli Rod Stewart. Masih SD apa SMP, nguping dari kamar kakak, tidak banyak cerita berbeda dengan versi Sheryl Crow. 

Malam minggu main judi sambil menunggu taruhan hasil pertandingan bola liga asing, setelah hasilnya ketahuan, sudah bisa berhitung hari Selasa nanti nyetor atau tidak ke bandar. Atau kalau masih mau pasang taruhan untuk pertandingan yang baru main hari senin dini hari, kita sudah punya ancang-ancang, sisa berapa modal yang bisa ‘diinvestasikan’ dan pada kesebelasan mana. Bisa draw, atau cutting loses bisa juga bangkrut. 

Dalam jangka panjang, taruhan bola dan judi apa saja layaknya ‘investasi’ saham atau mata uang, dengan resiko kerugian sebesar kemungkinan untungnya. Satu berbanding satu. Dalam rentang waktu tertentu bila ‘main aman’ dan uangnya tetap ada di pasar taruhan. Uang hanya ‘jalan-jalan’ tidak bertambah, tidak berkurang. 

Mereka yang kalah biasanya karena tidak bisa kendalikan emosi ketika harus kalah, atau kehabisan dana segar ketika permainan berubah menjadi ‘long term investment’. 

*** 

Usai orang-orang tunaikan shalat subuh di masjid gang sebelah, kami juga sudah merapikan meja, kartu domino, kartu remi, mau ke warung kopi dekat pasar Butung, sebelum masjid Raya Makassar. 

Sarapan telur ayam kampung setengah matang, ngopi dan menghitung kalah-menang taruhan bola malam tadi. Kalau total menang, berarti sore sudah harus bangun, siap-siap masuk kafe, subuhnya sudah di warung kopi lagi. 

Senin, mata masih redup dan merah, kalau pas lagi ada proyek lapangan, pagi-pagi sudah di lapangan, habis makan siang sudah di rumah lagi tidur, atau curi-curi tidur di bedeng milik tukang. 

Subuh itu, tahun ketiga menjalani hidup yang tidak layak disebut hidup. Dari radio mobil teman, suara Sheryl Crow mengalun.. I would giving you all of my heart, but someone who’s torn it apart..

Angin subuh lembut berkesiuh dari jendela mobil yang kubuka setengah, nampak bapak-bapak haji pulang dari masjid, pagandeng sayur mengayuh sepedanya menuju pasar dan segerombolan pejudi dalam mobil yang terpisah dengan dunia di luar. 

Melewati pasar Butung, setelah simpang jalan gunung Bawakaraeng, di beberapa kedai terpampang tulisan besar “Menjual Perlengkapan Mayat”.. 

If You wanna try to love again, Baby I try to love again but I know.. The first cut is the deepest.. 

Dunia macam apa ini? Kenapa kami dalam mobil bisa tersisih dari semua yang nampak di depan mata? Betapa jauh kami dari lingkungan sekitar. Sudah seberapa jauh kami dari Tuhan. 

Seorang kawan ikut bernyanyi.. I still want You by my side, just to help me dry the tears that I’ve got. And I’m sure that You’ll give a try.. If You wanna try to love again.

Sebelum keyakinan pada subuh ini menguap, bahwa masih ada kesempatan, saya harus berhenti. Awalnya karena meyakini bahwa mereka hanya bisa ditarik oleh mereka yang juga berkelakuan sama. 

Sudah tiga tahun sok bersih dan sok mampu mengajak, malah makin tidak jelas, apa saya masih berada di posisi ingin menyelamatkan atau malah sudah menjadi yang harus diselamatkan. 

Berhenti sekarang, berarti pertanyaannya sama ketika mau memulai, mau selamat sendiri kah? Itulah, bila mengaku-ngaku termasuk kaum yang selamat, jangan kira tidak akan diuji. 

 Seorang bapak tua berkopiah haji segera menghabiskan teh susunya, dan keluar tepat ketika kami masuk. Angin bersenandung mengikuti langkahnya, ..I still want You by my side.. 

Makassar, 2000

Popular posts from this blog

Resensi Buku Suka-Suka: "Picatrix"

Debat

Makassar Akan Aman #1