Terjun Bebas
Katanya untuk tahu suhu air laut pas untuk berenang atau tidak, jangan mengukur hanya dengan mencelup tangan atau kaki, tapi dengan terjun bebas, masuk ke dalamnya.
Tugasku nambah, harus mendesain sesuatu yang bila rancanganku diterima malah bisa pindah kemari, bukan hanya menemani ponakan beberapa hari melewati masa-masa paling galau dalam hidup mereka, masa puber. Masa mencari panutan, kemudian biasanya diikuti dengan menjiplak idolanya bulat-bulat.
Semoga tokoh panutannya tidak jauh-jauh dari lingkungan keseharian mereka, kalau berjauhan dengan idolanya (artis negeri sono misalnya) sulit menjawab pertanyaan atau kebingungan akibat tingkah-polah panutannya. Setidaknya mereka punya pembanding untuk menjawab kebingungannya.
Pengalamanku melewati masa puber mau aku bagi ke mereka beberapa hari ini. Buatku titik kritis "pertumbuhan" mental manusia pertama di usia 1-5 tahun, di usia ini bila mereka mendapatkan pengalaman traumatis, seperti pelecehan seksual, melihat orang tuanya "intim" bakal jadi sumber penyakit kejiwaan seperti psikopat, serial killer, maniac-depresif dan lainnya. Informasi ini aku baca di salah satu artikel di internet, linknya lupa. Sekitar 80% serial killer dan psikopat di Amerika pada usia 1-5 tahun memiliki pengalaman traumatik yang mengguncang jiwanya.
Titik kritis kedua di usia 15-18 tahun, yang perempuan mulai mencari bahu laki-laki selain bahu ayahnya untuk jadi sandaran, yang laki-laki mulai bengong, tiap pagi ada yang duluan bangun dari dia sendiri, mulai berusaha membuat bahunya terlihat kokoh untuk jadi sandaran, dan bila dijadikan sandaran oleh pacarnya, ternyata kepengen yang lain juga, tak hanya "nyandar". Kritisnya, bila di usia ini mengenal seks sebelum nikah (naudzubiLlahi min Dzalik) maka mereka harus berjuang berkali-kali lebih berat. Pertama dengan rasa bersalah dan berdosa, kedua resiko kecanduan.
Titik kritis berikutnya di usia 22 dan 33 tahun. Sudah mulai mengenal tanggung jawab dan mulai tahu ada resiko di setiap keputusan dan pilihan hidup yang diambil. Bagian ini nanti aja, mereka belum sampai di sana, mestinya mereka sudah punya "kompas" dan "peta" sendiri saat itu. Sejauh ini yang "membalut" tubuh dan jiwa, menjadi "malaikat" pelindung terbaikku adalah kasih sayang dan do'a kedua orang tua..
Tugasku nambah, harus mendesain sesuatu yang bila rancanganku diterima malah bisa pindah kemari, bukan hanya menemani ponakan beberapa hari melewati masa-masa paling galau dalam hidup mereka, masa puber. Masa mencari panutan, kemudian biasanya diikuti dengan menjiplak idolanya bulat-bulat.
Semoga tokoh panutannya tidak jauh-jauh dari lingkungan keseharian mereka, kalau berjauhan dengan idolanya (artis negeri sono misalnya) sulit menjawab pertanyaan atau kebingungan akibat tingkah-polah panutannya. Setidaknya mereka punya pembanding untuk menjawab kebingungannya.
Pengalamanku melewati masa puber mau aku bagi ke mereka beberapa hari ini. Buatku titik kritis "pertumbuhan" mental manusia pertama di usia 1-5 tahun, di usia ini bila mereka mendapatkan pengalaman traumatis, seperti pelecehan seksual, melihat orang tuanya "intim" bakal jadi sumber penyakit kejiwaan seperti psikopat, serial killer, maniac-depresif dan lainnya. Informasi ini aku baca di salah satu artikel di internet, linknya lupa. Sekitar 80% serial killer dan psikopat di Amerika pada usia 1-5 tahun memiliki pengalaman traumatik yang mengguncang jiwanya.
Titik kritis kedua di usia 15-18 tahun, yang perempuan mulai mencari bahu laki-laki selain bahu ayahnya untuk jadi sandaran, yang laki-laki mulai bengong, tiap pagi ada yang duluan bangun dari dia sendiri, mulai berusaha membuat bahunya terlihat kokoh untuk jadi sandaran, dan bila dijadikan sandaran oleh pacarnya, ternyata kepengen yang lain juga, tak hanya "nyandar". Kritisnya, bila di usia ini mengenal seks sebelum nikah (naudzubiLlahi min Dzalik) maka mereka harus berjuang berkali-kali lebih berat. Pertama dengan rasa bersalah dan berdosa, kedua resiko kecanduan.
Titik kritis berikutnya di usia 22 dan 33 tahun. Sudah mulai mengenal tanggung jawab dan mulai tahu ada resiko di setiap keputusan dan pilihan hidup yang diambil. Bagian ini nanti aja, mereka belum sampai di sana, mestinya mereka sudah punya "kompas" dan "peta" sendiri saat itu. Sejauh ini yang "membalut" tubuh dan jiwa, menjadi "malaikat" pelindung terbaikku adalah kasih sayang dan do'a kedua orang tua..