Ngintip Halaman 39

Semoga diijinkan Tuhan, 369 hari lagi sampai halaman 40. Halaman dimana biasanya karakter sebuah buku sudah terbentuk dan mapan, kumpulan dari keputusan-keputusan dari halaman 16 sejak akil-baliq, hingga sekarang. Masih ada selembar lagi kesempatan untuk menuliskan hal-hal baik, kiranya halaman 40 ini hanya mematenkan hanya yang baik saja. Mumpung lagi demam, waktu rasanya melambat, asyik untuk "berjalan-jalan" ke depan dan ke belakang.

Selfish
Pernah baca di lini masa bahwa lawan cinta itu bukan benci, tapi selfish atau egois. Bener juga sih, bila cinta yang ada kita atau kami, selfish hanya ada aku dan kau.

Saudaraku sudah sekitar 6 tahun menderita schizophrenia, setahun belakangan ini perjuangan dia mematikan "suara-suara" di kepalanya aku simpulkan berhasil, itu tanpa berobat medis lho. Dia hanya bilang ke kami saat pertama kali didapati berbicara sendiri, "Biarkan, tidak usah ke dokter, ini akan bisa saya atasi." Dua tahun ini sudah tidak pernah ngomong sendiri, matanya sudah tak pernah lagi nampak kosong dan menerawang jauh. Tersisa satu lagi, membuat matanya yang redup gembali bercahaya, merayakan hidup. Dia programer handal sebelum sakit, bagaimana awalnya aku sendiri tidak tahu. Simpang siur informasi pemicunya, katanya diseruduk pukulan kenyataan hidup, beruntun tanpa jeda, dari pekerjaan hingga kekasih.

Beberapa malam lalu membuatku terkejut, dan berteriak dalam hati, "Dia sudah kembali!" Tiba-tiba masuk  kamarku, pinjam laptop. Dibukanya akun emailnya, karena sudah lebih 3 bulan tidak pernah login, akunnya harus diaktivasi kembali, dan dia bisa! Inginku, bila saudara-saudaraku yang lain belum mau untuk hidup bersamanya sampai dia kembali produktif, aku yang mau mengajaknya. Selfish, bila aku harus meminta perempuanku kelak untu ikut repot mengurusnya, selfish bila aku tidak mengakomodir kenginan perempuanku kelak bagaimana. Pasti ada jalan.

Tanpa Tanda
Bila ada yang bertanya padaku apakah aku bahagia dengan hidupku? Duh, sudah pernah kuhitung-hitung, kemahapemurahan, dan belas kasih sayang Tuhan padaku, bila disandingkan dengan ibadahku, dikurangi dosa-dosaku, aku ini manusia bangkrut, bagaimana bisa protes bahwa hidupku tak bahagia?

***

Alhamdulillah, masih diijinkan capai 40 tahun.
Rabu, 16 Januari 2013. Sejak di usia 33 tahun, sudah tidak pernah melakukan sesuatu yang benar-benar istimewa di hari kelahiran. Terakhir di usia 22, lalu aku mulai menarik garis dan menandai di 33, 40, 50 dan 60 tahun, andai diijinkan Tuhan sampai di titik tersebut, secara khusus "bercermin". Ini masih "mematut" diri di depan cermin, sudah dari tadi subuh.

Popular posts from this blog

Resensi Buku Suka-Suka: "Picatrix"

Debat

Makassar Akan Aman #1