Muara


Tulus dan rendah hati, mata air mengaliri sungai, mengidupi bumi, menuju laut, menuju nol, melaut. Laut, apa saja ditampungnya, pun sampah, dinding tanpa sekat, gerbang tanpa pintu. Mentari setia menguapi, hingga awan menghujani bumi. Pulanglah untuk pergi lagi kata awan pada butir embun.

Duh, air mata, kamu bermuara di mana?

Popular posts from this blog

Resensi Buku Suka-Suka: "Picatrix"

Debat

Makassar Akan Aman #1