Resensi Buku Suka-Suka: "Picatrix" Bagian #1



Buku ini kutemukan tak sengaja tahun 2018 lalu ketika mengumpulkan resensi bacaan sebelum menulis kumpulan esai 'Sketsa Indonesia', kemudian mengunduh PDF-nya, dua dari empat seri "Picatrix" beberapa hari menjelang Ramadan seperti sekarang. Menjadi teman begadang, selingan sehabis membaca satu ayat dan hadits sehari.

Buku ini katanya kitab sihir abad pertengahan yang diterjemahkan ke bahasa Inggris dari bahasa Arab. Tentang sihir, pemahamanku untuk sekarang, baik yang putih atau hitam, sumber kekuatannya sama, keyakinan, dan dikotomi sihir hitam atau putih dibedakan oleh medium, cara, peralatan, pembantu, dan utamanya niat serta tujuan melakukan praktik sihir tersebut.

Keyakinan yang bersumber dari sihir (baik yang diklaim sebagai sihir putih dan shir hitam) menurut kami tingkatannya berada di bawah keyakinan dalam beragama. Keyakinan dalam sihir selesai ketika mencapai keinginan dalam praktik sihir, sementara keyakinan dalam beragama di tahapan mengenal Tuhan, tak mengenal selesai.

Sebagai pengisi waktu ketika buntu menyelesaikan karya-karya yang lain, secara berseri catatan pribadi setelah membaca dua dari empat seri "Picatrix" aku muat di sini. Juga untuk menghalangi keinginanku membahas hal-hal yang telah kuserahkan pada Allah Ta'ala bagaimana baiknya sembari tetap berusaha.

Pengantar yang memberi perspektif awal sebelum aku memulai membaca "Picatrix"

Disebut seseorang menderita sebuah penyakit mendatangi penulis "Picatrix", Ghayat Al-Hakim (entah nama pena, atau nama sebenarnya) yang kemudian meramu obat dari getah dari bahan dupa/kemenyan (mungkin semacam gaharu) kemudian ia stempel dengan rajah tertentu sebelum dibakar dan asapnya untuk mengobati. Orang tersebut sembuh dari penyakitnya (tanpa menyebut jelas penyakit apa). Berdasarkan pengamatan Ghayat Al-Hakim, menurutnya yang membantu menyembuhkan pasiennya bukan ramuan getah gaharunya, tetapi stempel yang ia gunakan.

Beberapa bangsa di dunia berkeyakinan bahwa dunia ini diatur oleh simbol-simbol yang diyakini menyimpan kekuatan tertentu, termasuk untuk menyembuhkan. Meski, menurut kami, semua simbol tidak memiliki kekuatan apa pun, sampai ada manusia yang meyakininya demikian.

Tidak disebutkan apakah keyakinan Ghayat Al Hakim, atau keyakinan si pasien pada stempel dan asap gaharu yang lebih dominan dalam menyembuhkan.

Terlebih, baru-baru ini sebuah jurnah ilmiah menyebutkan semakin sulit membedakan proses kesembuhan seorang pasien kedokteran moderen, apakah disebabkan keyakinannya sendiri pada placebo (obat palsu yang hanya berisi tepung untuk memicu sugesti akan membawa kesembuhan) atau karena efek dari obat betulan yang diminum pasien, yang dikonsumsi juga dengan keyakinan akan membawa kesembuhan.

Ghayat Al Hakim menyadari reaksi pembaca bukunya

Setelah kisah penyembuhan tersebut, Ghayat Al Hakim menambahkan catatan: "Mengapa begitu sulit menerima keajaiban kata-kata berupa mantra, sementara semua manusia mengetahui dengan kata yang tepat seorang musuh bisa menjadi sahabat, dan karena salah kata seorang sahabat menjelma musuh."

Bantahan yang masih bisa digali lebih dalam, "Mengapa begitu sulit menerima kekuatan pikiran dan keyakinan manusia dalam membentuk kenyataan yang diinginkan dengan menggunakan kata, mantra, dan simbol sebagai medium pemusatan? Mengapa tidak meneruskan lagi pertanyaan barusan, jangan-jangan yang selama ini kita yakini sebagai Tuhan, barulah buah dari pikiran dan keyakinan dalam menuhankan sesuatu, apa pun itu, belum Tuhan itu sendiri."

Picatrix dimulai dengan Basmalah

Walaupun "Picatrix" dimulai dengan 'Basmalah' dan banyak menaruh catatan bahwa setiap sihir, upaya, hanya akan berhasil jika disetujui Tuhan untuk mewujud, tetapi di bagian lain ditekankan pentingnya menselaraskan diri dengan makro-kosmos (astrologi) untuk tambahan jaminan keberhasilan setiap usaha sihir.

Sementara baginda Nabi SAW tegas melarang mengaitkan nasib dan takdir dengan bintang, kicau burung, dan hal-hal lain yang lebih tepat dianggap sebagai pertanda sebuah takdir dan nasib, bukan penentu takdir dan atau nasib.

Bisa sekali aku yang awam dengan sihir salah, dan mungkin sekali Ghayat Al-Hakim benar, atau kami berdua benar sekaligus salah.

Resensi ini ditulis tanpa niat mencari benar salah, tetapi karena "Picatrix" dimulai dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih dan penyayang, dan pada banyak bab banyak disebutkan semoga Allah membimbingku (baca: penulis Picatrix) dan orang-orang yang mencari 'kebijaksanaan' dengan membaca "Picatrix".

Penggunaan kata pencari 'kebijaksanaan' menunjukkan tahapan kesadaran penulis 'Picatrix' telah melewati tahapan syahwat kepada ilmu pengetahuan, dan berada di tahapan ingin tenang dan bahagia dengan ilmu dan pengetahuan, untuk dirinya sendiri dan untuk orang lain.

bersambung..

Popular posts from this blog

Resensi Buku Suka-Suka: "Picatrix"

Ejapi Tompi Na Doang

Debat