#25

Tentang beragama. Karena tidak ada paksaan dalam beragama, maka beragama adalah tentang kesadaran. Bukan pemaksaan apalagi pembodohan. Gelombang kritikan pada eksistensi agama adalah kemajuan. Manusia diberi akal pikiran bukan untuk dianggurkan, namun juga bukan untuk dipertuhan.

Akal-budi adalah salah satu perangkat terbaik yang bisa dipakai manusia menuju puncak kemanusiaannya, puncak tertinggi sebagai ciptaan. Kesadaran kemanusiaan yang paripurna adalah salah satu jalan terbaik menemui dan mengenal Tuhan melalui ciptaan yang diliputi oleh-Nya seluruh.

Andai bisa dipaksakan secakrawala antara dimensi pencipta dan dimensi ciptaan, hanya akan berbuah kesalahan tafsir tentang Tuhan, apapun tentang Tuhan bila telah berada di dimensi ciptaan, sudah bukan Tuhan, melainkan bayang-bayang belaka. Maka mustahil menuntut Tuhan mengejawantah di dimensi ciptaan menyelesaikan semua persoalan yang bertumpuk, di mana tidak sedikitpun Tuhan terlibat di dalamnya. ISIS? Rasis? Mereka belum menuhankan Tuhan, masih menuhankan keyakinan dan perspektif tentang ajaran Tuhan, yang celakanya tidak menggambarkan Tuhan sama sekali.

Bila Tuhan hadir di dimensi ciptaan, maka tidak ada lagi dimensi ciptaan. Pada dimensi pencipta, hanya boleh ada sang Pencipta.

Bagaimana bila umat manusia gagal memperbaiki segala kerusakan yang sudah ada? Tuhan akan turun menghukum dengan kiamat? Sungguh, tanpa campur tangan Tuhan, manusia sudah menghukum dirinya lewat kedua tangannya sendiri atau bersama-sama karena berbuat kerusakan. Mekanisme hukum alam yang selalu berusaha mempertahankan keseimbangan agar semesta layak huni akan mencari kesimbangan baru. Saat itu, semua mahluk hidup oleh alam semesta dianggap tidak lebih dari materi dan energi penyusun komponen semesta yang harus ikut diseimbangkan.

Bagaimana dengan utusan Tuhan? Bagaimana dengan janji Tuhan bahwa sebelum musibah selalu ada peringatan? Musibah yang timbul katakanlah sebagai bentuk alam mencari keseimbangan baru, tidak pernah tanpa pertanda sebelumnya. Bisa saja ikan paus pilot yang terdampar di pantai pesisir Selatan sebelum musibah longsor tiba adalah utusan Tuhan yang memberi peringatan. Ilmuwan dengan data statistik dan perhitungan matematis juga utusan Tuhan saat bisa memprediksi gempa, gunung meletus dan sabda alam lainnya.

Semua manusia adalah utusan Tuhan pembawa keburukan atau kebaikan, mendua sebelum melakukan sesuatu. Manusia tidak lebih seperti kucing Schrodinger dalam kotak. Berada dalam dua keadaan antara pengundang musibah atau pembawa keselamatan sampai kotaknya dibuka dan terlihat perilakunya. Kondisi mendua tersebut adalah kondisi yang barangkali dimaksud oleh nabi Muhammad SAW. harus dihindari berada di pertengahan antara panas dan dingin, antara malam dan siang.

Kejernihan akal-budi mampu menelanjangi diri bila selama ini kita masih terjebak menuhankan keyakinan, menuhankan simbol atau menuhankan agama, sumbangsih dari kesengitan mempertanyakan fungsi agama, mekanisme dosa-pahala, sorga dan neraka hingga eksistensi Tuhan lainnya, adalah terbangunnya pondasi kesadaran yang kokoh.

Kesadaran kokoh hanya bisa dibangun saat akal selesai mempertanyakan, saat hati nurani mulai merasakan kedamaian. Setiap ibadah formal yang dilakukan bukan lagi karena iming-iming pahala, namun karena memang telah merasakan manfaat bagi dirinya sendiri, dan bagi lingkungan sekitarnya. Shalat yang ditegakkannya justru dimulai saat menutup shalatnya dengan salam hingga ke takbir shalat berikutnya.

Mempertanyakan absurditas dan kegaiban Tuhan mestinya berujung pada kesadaran akan kemanusiaan. Hanya dengan memiliki kesadaran kemanusiaan barulah seseorang bisa menempatkan dirinya sejajar dengan manusia, sejajar dengan mahluk dan ciptaan lainnya.

Hanya dengan kesadaran kemanusiaan (bila ingin terus berjalan), maka seseorang akan menemukan kesadaran selanjutnya, kesadaran kehambaan. Muslim jangan pernah merasa sebagai satu-satunya kaum yang (sedang berusaha) berjalan di jalan kebenaran. Di Surah Al Baqarah ayat 62, jelas disebutkan hampir semua kaum juga berkesempatan sama menemukan kedamaian Tuhan.

Dunia tanpa agama belum tentu dunia yang lebih baik dari sekarang, namun dunia kelak pasti lebih baik bila umat beragama tidak lagi bisa dijadikan tunggangan oleh siapa saja yang berkeinginan menguasai atau mendominasi dunia.

Popular posts from this blog

Resensi Buku Suka-Suka: "Picatrix"

Ejapi Tompi Na Doang

Debat