Sambil Menunggu Sahur dan Gak Bisa Tidur

Coba posting blog lewat email, ga bisa kerja juga mending nulis padahal bengkalai list ku masing panjaaaaaang.. Kemaren pas sahur nelpon nyokap di Makassar, seperti biasa cintanya dalam berbagai rupa memang tidak pernah habis, hal pertama yang selalu ditanyakannya, "Aan sudah makan?" "Makan apa?" "Pulang aja ke Makassar kalo memang udah gada kegiatan lagi di Palu.." "Hat-hati.."  Mama... Padahal ini udah kali ke lima aku hidup "nomaden" jauh dari rumah.. Cinta mereka berdua buatku itulah salah satu inspirasi terbesar dalam hidupku.. 
 
Tahun 2003 lalu aku pernah nulis puisi tentang mereka:
 

Pagi

Di luar masih gelap. Muadzin belum lagi memanggil-manggil sholat subuh

Ayah sudah di dapur membasuh piring bekas makan kami semalam

Ibu sudah di depan tungku menyiapkan sarapan kami pagi nanti

Usai subuh Ayah naik ke atas membangunkan kami semua

Nak! Sholat subuh dulu..

Usai subuh Ibu juga naik ke atas membangunkan kami semua

Nak! Sholat subuh dulu..

Usai membuka warung kami ayah naik lagi ke atas membangunkan kami semua

Nak! Sholat subuh dulu..

Usai mandi Ibu naik lagi ke atas membangunkan kami semua

Nak! Sholat subuh dulu..

Usai kami sholat subuh

Ayah sudah menyapu di halaman rumah kami

Ibu sudah melayani orang-orang yang belanja di warung kami

Kami sudah lelap lagi

Usai mandi sebelum ke kantor ayah naik ke atas membangunkan kami semua

Nak! Bangun dulu.. Kawani Ibumu di warung

Usai berkemas ayah naik lagi ke atas membangunkan kami semua

Nak! Bangun dulu.. Kawani Ibumu di warung

Usai memanaskan mesin motor ayah naik lagi ke atas membangunkan kami semua

Nak! Bangun dulu.. Kawani Ibumu di warung

Puluhan tahun kemudian..

Ayah dan Ibu masih naik ke atas membangunkan kami semua

Nak! Bangun sekarang..

Waktu yang Ayah dan Ibu miliki sudah tidak banyak lagi..

 

September 2003, Aan.

Popular posts from this blog

Resensi Buku Suka-Suka: "Picatrix"

Ejapi Tompi Na Doang

Debat