17 Ramadhan dan Tidak di Makassar

Kecapekan habis ngalihkan koneksi gateway server CentOS 5.1 dari Indosat IM2 ke provider lain buat sementara, aku tertidur di kantor sampai jam 1 malam. Trus terbangun tiba-tiba karena ada cahaya yang cerah banget ampe bikin mataku silau. Rupanya lampu di ruanganku lupa aku matiin, biasanya kalo mau tidur lampu aku matiin dulu artinya semalam itu capek beneran.


Pulang ke rumah di perumahan dosen UNTAD, ada kedamaian luar biasa menyelusup ke dalam hatiku. Hari ini 17 Ramadhan hari dimana Al-Qur'an diturunkan dan hari dimana para ahli ibadah dengan hati berbunga-bunga saling berlomba meraih harapan beroleh berkah malam seribu bulan. Hari ini juga dia berusia 20 tahun, sudah bukan usia belasan lagi mestinya dia sudah makin dewasa dari sekarang, bukan hanya soal pola pikir tapi juga tingkah polah, amin.. :) Lupa beli makanan dulu sebelum pulang, sahur dengan mie instan dan telor aja. Orang rumah sudah pada duluan ke Makassar, gada yang masakin.

Di hapeku kulihat ada beberapa misscall dari kawan di Makassar. Setelah 3 tahun sebelumnya kami selalu bersama-sama di mesjid raya Makassar menghabiskan 10 malam terakhir Ramadhan, tahun ini aku tidak bisa.

Kubayangkan pelukan melepas rindu, canda dan saling menertawai kebodohan-kebodohan kami dalam menjalani hidup dan momen --yang paling mereka tunggu aku pikir-- saat menghabisiku dengan pertanyaan kenapa belum menikah juga? Kemudian diikuti dengan ikhtiar mereka dengan menyebutkan nama-nama, nomer telepon kadang disertai foto. Bila mereka gemas dengan statusku, sesungguhnya aku lebih gemas lagi.

Semalam aku merasakan damai luar biasa karena, aku merasa tidak punya apa-apa, tidak punya siapa-siapa, dan tidak butuh apa-apa, kecuali DIA SWT.. Semoga aku tidak sedang ge-er sendiri Tuhan..

Popular posts from this blog

Resensi Buku Suka-Suka: "Picatrix"

Ejapi Tompi Na Doang

Debat