Cermin, Apple dan Cinta (part 2 of 2)

Cerita ketiga Saya sekitar kematian.

Ketika saya berusia 17, Saya membaca suatu kalimat dengan tanda kutip yang bunyinya kira-kira: "Jika anda hidup setiap hari seolah-olah hari ini adalah hari terakhir anda, maka suatu hari anda akan menemukan bahwa anda adalah orang yang benar." Kalimat tu memberi kesan yang  mendalam pada saya, dan sejak itu, Saya singgah di depan cermin setiap pagi dan berkata pada diri sendiri: "Jika hari ini adalah hari terakhir hidup saya, akankah saya melakukan apa yang saya ingin lakukan hari ini?" Dan bila jawabannya "Tidak" untuk beberapa hari berturut-turut, Saya menjadi tahu bahwa saya perlu mengubah sesuatu.


Mengingat bahwa saya akan segera mati adalah perangkat terpenting yang saya temui untuk membantu saya membuat aneka pilihan besar dalam hidup.  Karena hampir semuanya — semua harapan dari luar, semua kebanggaan, semua ketakutan, kebingungan atau kegagalan -- rontok di depan wajah kematian, meninggalkan hal-hal yang memang sungguh-sungguh penting saja. Ingat akan mati adalah jalan terbaik yang saya tahu untuk menghindari perangkap dari pemikiran bahwa anda akan gagal. Anda sudah telanjang di depan kematian yang bisa datang kapan saja. Tidak ada lagi alasan untuk tidak mengikuti keyakinan di hati anda.

Sekitar satu tahun lalu saya di diagnose mengidap kanker. Dari hasil scan dengan jelas menunjukkan tumor di pankreas saya. Saya bahkan tidak tahu apa itu pankreas. Dokter mengatakan kepada saya hampir bisa dipastikan ini salah satu jenis kanker yang tak dapat disembuhkan, dan saya harus mulai berpikir usia saya sisa berkisar 3-6 bulan ke depan. Dokter  menyarankan saya untuk segera pulang dan menyusun urutan skala prioritas sebelum mati, ini adalah kode dari dokter untuk menyiapkan pasien yang akan meninggal. Itu artinya anda akan menceritakan kemungkinan yang akan anda hadapi kira-kira 10 tahun di depan kepada anak-anak anda hanya dalam waktu sebulan. Ini  berarti untuk meyakinkan bahwa segalanya telah diselesaikan dengan tepat sedemikian rupa. Ini  berarti waktunya anda mengucapkan "goodbye".

Saya menyesuaikan diri diagnosis itu sepanjang hari. Berikutnya mereka memasukkan endoskop kerongkongan saya, melalui perut saya dan ke dalam isi perut saya, meletakkan satu jarum ke dalam pankreas saya dan mengambil beberapa sel-sel tumor. Saya tersiksa, syukurlah isteri saya ada di sana, dia mengatakan setelah dokter memeriksa sel-sel kanker tersebut dokter itu menangis dan mengatakan ini adalah jenis tumor yang bisa disembuhkan lewat operasi. Saya pun menjalani operasi medis dan saya sudah baik sekarang.

Ini adalah moment terdekat saya dengan kematian, dan saya berharap setelah sedekat itu saya bisa mendapatkan kesempatan beberapa dekade lagi. Saat ini saya bisa mengatakan kepada anda bahwa ada sedikit lebih banyak kepastian ketika berhadapan dengan kematian dan itu adalah suatu hal yang  bermanfaat.

Tak ada seorangpun yang ingin meninggal. Bahkan orang yang ingin pergi ke surga tidak ingin meninggal agar bisa sampai ke sana. Kematian adalah tujuan kita  bersama. Tak seorangpun telah pernah lepas itu. Dan itu suatu keharusan, karena kemungkinan besar kematian sekaligus merupakan temuan terbaik dari kehidupan. Kematian memberi jalan kepada yang lebih muda untuk menggantikan yang lebih tua. Sekarang ini anda adalah generasi baru, tetapi tidak terlalu  lama dari sekarang, anda akan secara gradual menjadi tua dan lenyap. Maaf bila kalimat saya ini terlalu dramatis, namun itulah kenyataan.

Waktu Anda terbatas, jangan memboroskan hidup anda di kehidupan orang lain. Jangan terjerat oleh dogma. Jangan membiarkan gangguan opini mengaburkan suara dari dalam yang milik anda sendiri. Dan  terpenting, punyai keberanian untuk mengikuti hati dan intuisi anda. Mereka bagaimanapun juga tidak mungkin lebih tahu dari anda.

Ketika saya muda, ada terbitan yang mengagumkan disebut Katalog Seluruh Bumi, yang menjadi kitab suci generasi saya. Diciptakan oleh Stewart Brand dari di Menlo Park, dan dia membawa buku itu ke dalam hidup saya dengan sentuhan puitis nya. Ini dibuatnya pada akhir 1960-an, sebelum komputer pribadi dan penerbitan desktop, semuanya dibuat dengan mesin ketik,  gunting, dan kamera polaroid. Itu 35 tahun sebelum Google datang dengan luapan semangat idealistis, dengan perangkat yang rapi serta pikiran besar.

Di cover terbitan akhir mereka terpajang foto matahari pagi dengan latar depan sebuah jalan panjang. Di bawahnya ada kata-kata:  "Tetaplah Lapar. Tetaplah Bodoh." yang merupakan pesan selamat jalan mereka sebagaimana mereka mengakhiri siaran. Tetaplah Lapar. Tetaplah Bodoh. Dan saya telah selalu berharap kalimat itu untuk memotivasi diri saya sendiri. Dan sekarang, Saya berharap bahwa anda akan tetap lapar dan tetap bodoh.

Terima kasih banyak.


Popular posts from this blog

Resensi Buku Suka-Suka: "Picatrix"

Ejapi Tompi Na Doang

Debat