Demi Tuhan! Bangkitlah!

Kemarin (14 Mei 2008 14:00 Wita) aku tonton di televisi bentrok mahasiswa UIN Alauddin Makassar dengan Polisi, dan tadi siang aku tonton berita tentang demo anti kenaikan harga BBM dimana-mana, liputan kilas balik 10 tahun Reformasi, dan interupsi anggota DPR-RI yang terhormat tentang penolakan terhadap kenaikan harga BBM yang akan dilakukan pemerintah. Wah! Kok cuma interupsi? Kok tidak melakukan sesuatu? Misalnya menyumbangkan tunjangan biaya renovasi rumah, tunjangan biaya telekomunikasi, dan banyak tunjangan lainnya? Bila seluruh anggota dewan perwakilan rakyat (dari namanya mestinya para anggota dewan yang terhormat itu tidak gamang akan keberadaan dan jati dirinya di sana) di seluruh Indonesia, dimulai dari DPR-RI, DPRD tingkat I hingga DPRD tingkat II mestinya ada bayak masalah "kekurangan anggaran" bisa diselesaikan.

Aku teringat kisah pimpinan Hyundai motor company di Korea Selatan, ketika malam ini negerinya dinyatakan dalam keadaan krisis moneter, besok paginya dia sudah naik sepeda jengki ke kantornya! Bayangkan berapa banyak orang yang terinspirasi oleh tindakan patriotiknya tersebut? Bila aku yang naik sepeda jengki sebagai tanda keprihatinan belum tentu bisa menginspirasi orang lain, karena wajar banget.

Aku enak ngomongnya karena outsider, coba kalo aku juga anggota dewan? Tidak, terima kasih, aku ingin mengikuti jejak ayahku yang menolak menjadi anggota dewan, karena aku tahu tidak mampu hadapi resikonya di dunia dan di akhirat dan syukurnya sampai hari ini belum ada partai yang nekat meminta aku untuk menjadi wakil mereka di legislatif dan jangan coba tawari aku.

Bukan mau membahas polemik kapan sebenarnya Hari Kebangkitan Nasional Itu, atau soal pantas tidaknya hari lahir organisasi Boedhi Oetomo (BO) dijadikan sebagai hari Kebangkitan Nasional karena --konon-- sebagian pendiri BO adalah anggota freemansonry, selengkapnya ada di sini. Ali Walangadi pelukis senior Makassar dan pejuang kemerdekaan (88 tahun, semoga beliau sehat wal afiat di Makassar. Amin) pernah mengatakan padaku dalam suatu percakapan, "Sebagian besar komponen bangsa ini belum siap merdeka..." Dan setelah melihat perjalanan reformasi 10 tahun terakhir ini, beranikah kita berkata pada diri kita sendiri bahwa kita hampir gagal bereformasi? Maukah kita membenahinya kembali?

Demi Tuhan! Bangkitlah!

Tidak perlu tunggu dan harap pada siapapun di negeri ini untuk melihatnya kembali bangkit. Mari kita mulai bangkit dari diri kita sendiri, hari ini, saat ini juga!

Popular posts from this blog

Resensi Buku Suka-Suka: "Picatrix"

Ejapi Tompi Na Doang

Debat