Ibu Tua dan Lafaz "Allah" dan "Muhammad"

Writing Prompt, Latihan #65: Tulis sebuah artikel untuk blog pribadimu.

Alkisah di sebuang kampung seorang ibu saat meninggal dunia aroma mayitnya yang wangi menyebar saat dimandikan. Setiap guyuran air yang digunakan kerabatnya untuk membasuh jenazah ikut jadi wangi, mengalir ke selokan dan gorong-gorong, mewangi udara satu kampung dimana almarhumah dulu menjalani hari tuanya.
Pada hari ketiga takziah, mubaligh yang memberikan tauziah mengungkap kira-kira amalan apa yang membuat jasad mendiang mengeluarkan aroma wangi. Ibu yang tingal sebatang kara ini punya kebiasaan memeriksa keranjang sampah di jalan-jalan setiap pulang dari pasar, atau bepergian sebelum sampai ke rumahnya. Mencari potongan undangan, kertas atau apa saja yang terdapat lafaz "Allah" atau "Muhammad" untuk disobek hingga tidak bisa terbaca lagi, lalu kembalikan ke tong sampah.
Bertahun-tahun kebiasaan kecil dan nampak biasa dilakoni sang ibu, sampai suatu siang bertemu dengan sang mubaligh saat sedang membongkar tempat sampah di depan rumahnya. Beruntung tidak ada lafaz nama Tuhan dan Nabi di sana. 
Sang muballigh lalu bertanya pada sang ibu, "Untuk apa ibu bersusah payah mencari lafaz nama Tuhan dan nama Nabi?". 
"Cintaku pada-Nya dan pada Rasul-Nya terlalu besar untuk membiarkan apa saja yang mengingatkanku tentang-Nya dan Nabi berada di tempat yang hina di mata manusia".

Sebelum berita lafaz Allah yang dijadikan motif alas sendal muncul dimedia konvensional, kemarin sudah melihat di sosial media. Aneh, bukan rasa marah yang muncul tapi sedih. 

Jangan-jangan sebagian besar umat Islam kini memang hanya fungsikan "Allah" sebagai terompah, belum Tuhan. Tujuan terbaik malah dijadikan "alat kaki" untuk berjalan menuju tujuan jangka pendek. Semoga tidak demikian, jejaring pembakar hutan hanya sedang lupa bahwa bumi dan udara bersih hak semua mahluk Allah. Para pengompor dan pelaku pembakar rumah ibadah sedang lupa, bukan sedang menginjak perintah Tuhan, jangan membakar rumah-rumah ibadah di mana nama Tuhan masih disebut. 

Selamat tahun baru 1 Muharram 1437 Hijriah, semoga tegaknya Islam segera bisa kita artikan sebagai tegaknya nilai-nilai Islami yang rahmat bagi semesta, bukan tegak dan jayanya simbol tanpa nilai.

Popular posts from this blog

Resensi Buku Suka-Suka: "Picatrix"

Ejapi Tompi Na Doang

Debat