Proses

Sekian tahun berniat menulis, baru setahun terakhir benar-benar prioritaskan menulis jadi kegiatan utama, yang paling banyak menyita waktu dan sumber daya lainnya.

Seminggu terakhir ini kemajuan tulisanku cuma separagraf, mungkin ini yang disebut 'tembok penulis'. Setelah mencoba beberapa trik dan tips dari penulis berpengalaman, masih belum berhasil kembali menulis sehari 3000 sampai 6000 kata.

Setelah membuang visualisasi kebuntuan sebagai tembok, ada gambar baru, leher botol. Leher botol masih bisa dilalui bila sumbatnya terbuka, tembok hanya bisa dilalui dengan dipanjat, dilompati atau dirubuhkan.

Leher botol memberi gambaran bahwa masalah terbesar penulis ada di dalam diri sendiri, tembok seolah mengambing hitam faktor eksternal.

Menjelang akhir bagian pertama dari dua bagian yang kurencanakan, mendadak ingatan jadi lebih tajam dari sebelumnya. Beragam hikmah dan pengalaman yang belum tertulis seolah sadar, kalau tidak dimasukkan sekarang maka mereka bisa tidak tertulis, lalu berebutan keluar bertemu kecepatan mengetik sehari 3000-6000 kata, mampet.

Kudiamkan sampai bisa kukenali mana yang setopik dengan alur kisah di bab-bab akhir, akhirnya mulai berbaris rapi dan antri menurut topik tulisan. Salah satu kegunaan punya plot atau gambar besar kisah ada di sini, merapikan serbuan ide sekaligus beradaptasi bila ada ide, tokoh atau topik yang muncul belakangan.

Keruwetan, kekisruhan bahkan chaos bagian dari proses. Menjalaninya lebih mendidik diri ketimbang dilompati demi target kata perhari.

Popular posts from this blog

Resensi Buku Suka-Suka: "Picatrix"

Ejapi Tompi Na Doang

Debat