Dua Macam Kesiangan

Dari banyak jenis kesiangan pernah kujalani, dari efeknya hanya dua macam, satu dengan sakit kepala, satunya lagi tetap segar meski kesiangan. Penyebab kesiangannya sama, tidurnya kepagian. Penyebab kenapa telat tidur yang menjadi pembeda, berefek sakit kepala atau tidak.

Kalau telat tidurnya karena 'dipaksa' mikir kadang sampai menulis, hal-hal yang tidak ada perhitungan untung-rugi atau wani piro, tahan melek sampai pagi, tidur habis subuhan 1-2 jam cukup, bangun jam 9 atau 8 pagi, segar. Tapi kalau dipakai mikir urusan yang tidak kalah pentingnya, urusan pekerjaan, yang darinya bisa dapat keuntungan berupa duit dan lain-lain, kok malah suka sakit kepala ya pas diajak bangun kesiangan?

Kalau enjoy waktu mikirin, sama-sama enjoy, hanya pada yang tidak bikin sakit kepala, dalam diri seolah ada yang mengajak berdikusi. Apa harusnya semua diawali dengan niat bukan mencari untung atau menghindari rugi? Bisa juga sih, karena setiap aktifitas mesti menawarkan keuntungan dan kerugian, keduanya tidak mesti berupa materi. Atau karena sudah lama tidak bersentuhan dengan hitung-hitungan pekerjaan? Atau jangan-jangan kangen?

Apapun sebabnya, keduanya bersifat insidentil, tidak boleh dijadikan pola permanen. Menyalahi fungsi penciptaan malam untuk istirahat, siang untuk berkerja, dan kangen untuk dituntaskan.

Popular posts from this blog

Resensi Buku Suka-Suka: "Picatrix"

Ejapi Tompi Na Doang

Debat