Pusat Data Berbasis Komunitas

Ada yang salah dengan engineer (atau hanya saya saja?) bila bertemu masalah teknik dan teknis, pertanyaan yang paling pertama terpikirkan kok: "Dimana bisa membeli alat sesuai kebutuhan? Bukan bagaimana membuat alat yang dibutuhkan?" Dari perancang, tenaga teknis ahli hingga pekerja kita punya. Sisa mencari grafik ideal antara target pencapaian pekerjaan dengan pemberdayaan.

Kemarin masih 'iseng' membuat rancangan topologi dua titik kamera pengamat, jadi makin 'iseng' ketika diberi tahu, harus expand-able, surveillance bisa dikembangkan mengamati daerah seluas yang diinginkan pengguna di masa datang. Kalau hanya memikirkan bagaimana merancang bangun sistem secara keseluruhan, pilihan teknologi dan alat, sudah selesai.

Pertanyaan berikutnya, siapa yang akan merawat? Adakah pemakai memiliki sumber daya manusia untuk merawat? Bagaimana layanan purna jual dari alat-alat terpilih untuk digunakan? Belum juga jadi, sudah ribet sendiri. Sudah semestinya, ribet jangan di bawa ke lapangan.

Bila berpikir how to make money only, ngapain ribet. Apalagi beberapa perangkat memang dirancang plug-and-forget, pasang dan lupakan, rusaknya nanti kalau sudah tiba masa life-time yang dijanjikan. Terasa janggal kalau beli putus gitu. Surveillance dipasang untuk kepentingan warga kota, kenapa tidak bareng-bareng warga pada semua prosesnya?

Misalnya, pemasangan kamera pengamat skala satu kota, meski di belakang back-bone ada data-center yang tidak kalah ‘lucu’ untuk dieksplorasi rancang bangunnya, dan juga bisa dibikin berbasis komunitas.

Tentang kamera pengamat saja dulu, backbone hingga data center dan city internet exchange point adalah keping mozaik besar lainnya. Gambar besar pertama yang ingin dicapai adalah transparansi, simpelnya membangun budaya jujur.

Pada Proses Perancangan
Tidak ada yang lebih mengenali lingkungan sekitar dari mereka yang tinggal dan hidup di sana. Penentuan titik-titik pemasangan kamera pengamat melibatkan masyarakat. Mereka paling tahu daerah mana yang rawan sekaligus bisa ikut membantu mengawasi perangkat dari vandalis.

Pada Proses Pemasangan
Bila masyarakat setempat terlibat dalam pemasangan dan instalasi, secara psikologis mereka akan merasa berkewajiban ikut menjaga hasil kerja mereka sendiri. Selain keuntungan finansial dan masyarakat juga mendapat keuntungan alih pengetahuan dari tenaga teknis kepada mereka yang ikut memasang.

Pada Saat Pengoperasian
Beri akses login ikut memantau sesuai hirarki. RT bisa memantau RT, RW memantau seluruh RT, Kelurahan memantau seluruh RW, Kecamatan seluruh kelurahan di wilayahnya, dan seterusnya.

Kendala sosial mesti ada, soal honor misalnya, atau resistansi namun secara umum mesti lebih banyak masyarakat yang menginginkan rasa aman ketimbang yang tidak. Mereka sendiri yang mengawasi lingkungan mereka, fungsi akhir hanya pelaporan yang diharapkan bukan menggantikan fungsi aparat penjaga keamanan.

Pada Proses Perawatan
Karena menganut green-energy, setiap titik pemantauan mangambil sumber daya dari solar-cell. Tidak beli jadi. Semua komponen panel surya minimal hasil merakit sendiri (bila belum ada komponen yang bisa dibikin sendiri). Panel surya setidaknya membutuhkan perawatan dan pengantian baterai berkala.

Dari keterlibatan masyarakat setempat saat perakitan, bukan tidak mungkin pada setiap RT bakal ada satu rumah yang menerapkan energi hijau, atau kemungkinan inovasi-inovasi baru tumbuh dari masyarakat yang terlibat.

Kendala Regulasi
Pihak ketiga dari swasta yang bertindak sebagai vendor murni asal difasilitasi regulator dan merangkul kaum momunitas terkait mestinya tidak ada kendala regulasi yang harus ‘dilanggar’.

Namun, dari untuk menjaga keberlanjutan program-program berbasis komunitas dan masyarakat mungkin perlu semacam PERDA yang memayungi agar program-program tersebut bisa dilaksanakan dengan model ‘swakelola’ oleh instansi/SKPD terkait, meski melampaui pagu yang disyaratkan UU, yaitu  program senilai lebih dari 100 juta rupiah.

Efek positif lain yang diharapkan dengan swakelola, terjalin sinergi tanpa jarak, antara regulator, tenaga ahli, masyarakat dan komunitas.

Popular posts from this blog

Resensi Buku Suka-Suka: "Picatrix"

Ejapi Tompi Na Doang

Debat