Apapun Itu, Bukan karena Benci

Saya termasuk yang meyakini, bahwa satu tindakan kecil kita bisa mengubah semesta ke arah yang lebih baik atau buruk, termasuk dengan sekalimat, sekata. Mengubah semesta mungkin masih terlalu jauh, yang paling pasti dan tidak butuh waktu lama, efeknya ke jiwa dan badan kita.

Coba, sebelum memulai mengumpat, memfitnah, mengumbar aib orang (meski sambil ketawa-ketiwi menghitung bayaran mungkin) ukur tekanan darah dan kandungan zat yang bisa menjadi indikator kesehatan, lalu bandingkan setelah mengumpat, memfitnah dan membenci. Di bawah mikroskop, kristal air berubah buruk bila dimaki dan menjadi indah ketika diselamati.

Mungkin karena meyakini teori "kepakan sayap kupu-kupu di Amazon bisa menjadi penyebab badai di California beberapa bulan kemudian", mungkin juga karena alam semesta selama ini bertahan bermilyar tahun dengan reaksi berantai, baik dalam skala 'universe' hingga skala 'atom'.

Para penyebar fitnah, para pembuka aib sedang mengambil posisi berdiri di daerah negatif, sebaliknya yang melakukan (nampak) kebaikan sedang berdiri di daerah positif. Keduanya kekeuh merasa sedang berada di posisi yang baik. Mungkin lupa, bahwa semesta dan atom bergerak bukan hanya karena muatan positif dan negatif, masih ada partikel yang tak bermuatan positif maupun negatif, masih ada misteri 'partikel Tuhan'.

Bila memang harus memilih A bukan karena membenci B, berdiri di samping B bukan karena benci pada A.

Popular posts from this blog

Resensi Buku Suka-Suka: "Picatrix"

Ejapi Tompi Na Doang

Debat