Selamat Jalan pak Tarmizi

foto: antaranews.com

Baru sempat menulis "in memoriam" tentang almarhum yang berpulang kemarin. Saya punya satu kenangan masa kecil tentang beliau. Kenangan ini mulai kabur, dan kembali segar setelah mengabarkan ke bapak di rumah, beliau sudah berpulang. Bapak menceritakan, saya pernah diberi salam tempel duit 5000 rupiah oleh mendiang tahun 80-an di Makassar.

Saya belajar dari beliau-beliau berdua, bahwa jabatan dan persahabatan adalah dua hal yang berbeda dan harus dibedakan.

Masa itu almarhum Dirjen Binbaga (kalau tidak salah ingat) departemen agama RI, sedang berkunjung ke Makassar untuk urusan Dinas, melantik Rektor, PR dan Dekan IAIN Alauddin (sekarang UIN Alauddin). Bapak masih dosen di sana, bawahan almarhum. Malam hari setelah urusan kantor mendiang selesai, main ke rumah, ternyata almarhum sekampung dan bersahabat dengan bapak, mengajak bapak nongkrong makan sate di warung padang kecil dekat masjid Raya Makassar (sekarang sudah tidak ada). Tidak ingat, kenapa saya juga bisa "terbawa" sama mereka ke tempat nongkrongnya, naik LandRover punya kampus.

Habis makan sate, mereka ngakak-ngakak sambil merokok (waktu itu bapak masih merokok juga). Tidak terlihat ada jarak antara dosen biasa dengan seorang dirjen, dan tidak ada satupun percakapan soal pekerjaan, kalau ngobrol pekerjaan, jabatan dan lain-lain nggak mungkin sambil ngakak kan? Beliau juga yang mengakhiri pertemuan mereka malam itu karena melihat aku sudah menguap ngantuk berapa kali. Habis salim, disisipkannya uang kertas 5000 rupiah ke kantong kemejaku.

Innalillahi wa Inna Ilaihi Raji'un..

Popular posts from this blog

Resensi Buku Suka-Suka: "Picatrix"

Ejapi Tompi Na Doang

Debat