Manuskrip Laut

"All reading is misreading." ~ J Hillis Miller

Bila pemandangan ini dibingkai menjadi sebuah foto atau lukisan, maka ia yang berdiri di depan dermaga bagian dari komposisi. Lambaian nyiur tertiup hujan, gelombang laut, matahari pagi, dermaga, arah angin, awan, warna bahkan tekstur, semua satu kesatuan.

"Dia yang mengendalikan laut, atau dia yang dikendalikan laut?"
"Tidak, ini bukan dominasi, tapi penyatuan. Menyadari peran kecil kita sebagai bagian dari semesta."

"Apaan? Seperti Aang si avatar?!"
"Hehehe.. Ini ilmiah. Aku pernah baca artikel penelitian Dr. Masaru Emoto yang bisa mendapatkan bentuk-bentuk kristal air yang diafirmasi oleh ucapan atau musik yang diperdengarkan sebelumnya. Kata-kata makian dan kasar akan membuat kristal air menjadi buruk di bawah mikroskop khusus, dan ucapan selamat, salam atau musik klasik membuat kristal air menjadi indah."

"Masuk akal, tubuh kita sebagian besar cairan, bumi ini juga. Di luar dari 'roh' yang menghidupi, zat penyusun jasad dan semua benda hampir sama, setidaknya ada hydrogen, besi, carbon, oxygen dan nitrogen. Pertanyaanya sekarang, bagaimana bisa 'berkomunikasi' dengan sesama ciptaan yang unsur penyusunnya mirip-mirip itu?"

"Tunggu dia selesai main hujan, kita tanyakan sama-sama.."

"Sambil menunggu dia selesai, kalian berdua jangan cuma ngobrol, 5 batu 1) tuak aku habiskan sendiri pagi-pagi, kalian lebih berdosa membiarkan aku mati, ketimbang ikut minum.. Hehehe.." pak Hamzah memotong keheningan, mukanya sudah merah di pagi yang dingin.

***

Saat-saat seperti ini, hanya hujan dan laut yang bisa mengerti aku. Bulir air hujan dan air laut yang dibawa angin, bagai pelukan ibuku. Sejak kecil memang suka main air. Bibirku sampai biru-biru menggigil kedinginan karena tidak mau keluar dari kamar mandi, kolam atau berhenti main hujan. Aku suka sifat-sifat yang ada pada air termasuk anomalinya.

Popular posts from this blog

Resensi Buku Suka-Suka: "Picatrix"

Ejapi Tompi Na Doang

Debat