Hutan, Gunung, Sawah dan Lautan

Simpanan kekayaan.. *potongan lirik lagu ibu pertiwi*

sungai Jeneberang | 2012 @aanburhany

Kenal desa di pegunungan masih SMP kelas I, diajak ikut oleh kakak teman yang kelompok remaja masjidnya mau bakti sosial di dusun dekat kaki gunung Bawakaraeng. Sejak itu jadi "kecanduan" naik gunung. Pas SMP kelas III diajak main ke kampung ibu, ternyata kampung Ibu juga di kaki gunung, depannya ada sungai, dan lebih dingin. Memang orang gunung.

Saking kecanduannya mendaki gunung Bawakaraeng, persoalan kecil saja seperti ribut dengan pacar, kompensasinya memuncaki gunung. Hingga suatu hari setelah menemukan bahwa mendaki gunung yang sama, selalu mendapat pengalaman dan pelajaran yang berbeda, kita memuncak hanya untuk turun, mengenali berbagai karakter manusia lain yang emosinya tidak lagi terfilter saat kelelahan memuncak dan beberapa hikmah perenungan lain selama mendaki. Mirip seperti mengaji terjemahan Al-Fathihah "Tunjukilah hamba jalan yang lurus" dibaca hari ini, akan berbeda "rasa" saat dibaca lagi di waktu lain.

Aku dan beberapa kawan sepermainan masa SMA berjanji, suatu saat, bila kami sudah punya anak, mereka harus kami ajak mendaki gunung. Kami menganggap mendaki gunung salah satu simulasi menjalani kehidupan yang paling mendekati kenyataan. Mendaki, menurun, gunung terlihat indah dari kejauhan, untuk mencapainya setengah mati, dan begitu sampai harus turun lagi. Teman seperjalanan ada yang baik, ada yang dusta dan khianat. Harmonisasi dengan kehidupan sekitar gunung, tumbuhan, penduduk desa, sungai-sungai, tanah dan semua di sekitar kita.

Akhirnya kesampaian setengah janjiku, mengajaknya ke kaki gunung. Berkenalan dengan penduduk desa. Ponakan sih, tapi untuk kami ponakan dari saudara perempuan itu dijunjung, dekat kepala, anak mah dipangku. Ngeles.

Popular posts from this blog

Resensi Buku Suka-Suka: "Picatrix"

Ejapi Tompi Na Doang

Debat