Gerimis

Baru pulang ngider malam-malam, keliling Makassar, padahal tadi sore udah keliling temani ponakan yang lagi liburan. Jam dua belas tadi pengen keluar aja, ternyata di luar gerimis. Gerimis halus banget. Sulit bedain ini embun malam atau gerimis, kalau tidak pake kacamata, 30 menit naik motor lewat losari, muter jalan AP. Pettarani, masuk warung kopi 24 jam di kompleks Permata Sari, kaca mataku sudah berembun.

Waktu SD aku pernah bertanya ke guru IPA, hujan itu air mata langit lagi nangis? Nggak, jawab bu Guru, lalu diceritakannya siklus air, bagaimana hingga akhirnya menjadi hujan. Aku tetap beranggapan hujan itu tangis, gerimis itu haru. Karena gembira atau duka, hanya langit dan Tuhan yang tahu.

Popular posts from this blog

Resensi Buku Suka-Suka: "Picatrix"

Ejapi Tompi Na Doang

Debat