Introspeksi Nomer Seratus Ribu Sekian

Rinduku tebal pada blogku ini. Banyak yang sudah terjadi dan berlalu tanpa sempat kutuliskan. Terlalu banyak urusan duniawi yang menyita waktu, terlalu banyak bermain dengan pikiran dan perasaan sendiri sampai aku kebingungan mau dikasi nomer berapa instrospeksiku kali ini.

No. #Ratus Ribu Sekian+1 : Terlalu Banyak Keinginan
Tanpa perhitungan yang matang merombak skala prioritas di 3 bulan pertama tahun ini. Kantor collaps karena ketidak siapan orang-orang yang kutinggalkan untuk menerima tanggung jawab bukannya dijaga dengan baik malah disalahgunakan, dan misi yang kuangkat menjadi skala numero uno juga bisa dibilang gagal. Bukan menyesali keputusan yang aku ambil, tapi bila aku tidak tracking back kemungkinan kesalahan sama bisa aku ulang dikemudian hari. Akal sehat mestinya menjadi alat bantu utamaku malah aku abaikan.

No. #Ratus Ribu Sekian+2 : Penundaan Tidak Penting
Bila sudah hati yang megang kendali tau sendirilah bagaimana rusaknya banyak hal yg mestinya nggak diurus dengan hati. Penundaan membuat aku kehilangan banyak job yang mestinya bisa diraih buat pengisi waktu yang nyata-nyata jauh lebih bermanfaat dari sekedar menjawab quiz aneh bin ajaib di pesbuk :P Tapi seru sih emang pesbuk itu.. Huahahaha.. auto-self-defence-on tadinya mau pensiun dini sih, tapi pas bertemu dengan teman-teman SD, SMP, SMA waduh malah lupa niat awal maen pesbuk, menyambung tali silaturrahmi bukan malah bikin kusut tali silaturrahmi.

Asli kusyut.. Yang bikin kusyut karena pesbuk udah nggak aku anggap sebagai sekedar alat seperti hape buat smsan, sempat kuberi muatan emosi. Ya Allah.. Apa yang sudah kuperbuat? Ampuni ya Allah.. Ngaco pokoknya. Dasar bawaan dari lahir "love to explore" habis deh banyak waktu buat eksplorasi di pesbuk.

Belum lagi naluri "keusilan" lain, ternyata hatiku tidak mudah berpindah. Biarlah kujalani apa yang ada sekarang, kini setiap tawaran ta'aruf akan kusambut gembira dan bila aku tidak cukup baik untuk berjodoh paling tidak dapat satu kawan baru lagi. Untuk urusan yang satu ini aku tidak pernah punya plan B karena aku juga tidak mau dijadikan plan B. Ijinkan aku menamatkan ceritaku sendiri. Bila aku tidak berjodoh lagi kali ini, cuma ada 2 sebab, sama seperti dengan usahaku yang sudah-sudah. Pertama aku tidak cukup baik untuk meyakinkannya agar mau melebur rencana hidupnya dan rencana hidupku menjadi rencana "kita" , atau aku telah sampai di titik cukup. Titik dimana aku berkata, semuanya telah kuberikan dan sekarang saatnya melanjutkan hidup. Maaf, apalah artinya seorang Aan bila harus sampai di titik cukup dulu baru engkau mulai mengerti bahwa aku ternyata sedikit berharga buatmu. Aku akan sabar membiarkan ini mengalir hingga tiba2 saja takdir-Nya maujud.

No. #Ratus Ribu Sekian+3 : Semua Ini Udah diatur-Nya
Kebebasanku mengambil keputusan pun sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari apa yang udah tertulis di lauhful mahfudz.. Walau begitu selalu ada kepingan hikmah yang bisa dipungutin, Alhamdulillah.. Insya Allah semua yg udah aku lalui ini bisa membuatku makin baik bila belum bisa membuat yg disekitarku ikut membaik juga.. Amin..


Popular posts from this blog

Resensi Buku Suka-Suka: "Picatrix"

Ejapi Tompi Na Doang

Debat