Dosa Turunan, Percayakah?

Aku tidak percaya. Aku tertarik menuliskan ini dari sudut pandangku, dari pengalamanku menjalani hidupku dan belajar dari hidup orang-orang sekitar untuk diambil hikmahnya, bukan untuk memperdebatkan perbedaan cara pandang tiap agama yang berbeda tentang dosa dan turunannya.

Aku percaya dua hal akan diriku:
Pertama, aku dilahirkan dalam keadaan putih bersih dan setiap anak yang baru lahir dimuka bumi juga demikian, dari keluarga manapun, apakah itu buah cinta yang terikat pernikahan atau akibat efek samping dua orang dewasa beda jenis yang tidur bersama tapi bukan tidur aja yang dilakukannya :D

Kedua, selain sifat-sifat bawaan manusia yg menyerupai 99 sifat Tuhan pencipta-Nya namun tanpa "Maha" plus satu sifat Insan yang selalu ingin menghamba dan mencari PenciptaNya, aku juga dititipi sifat buruk dan baik serta karakter bawaan kedua orang tuaku dan kakek buyutku melalui DNA ku.

4-5 tahun lalu beberapa sahabat yang diharuskan (karena setiap anak tidak pernah minta pada kedua orangtuanya untuk dilahirkan di dunia, sebaiknya kita mulai bertanya-tanya pada diri kita masing-masing lalu kenapa kita tetap lahir?) hidup sebagai seorang anak haram dan dia protes dengan sanksi "sosial" yang harus dijalaninya. Sanksi sosial yang tidak ringan menghadapi sorot mata yang merendahkan seolah dia yang telah berbuat dosa zina, setelah dewasa dia menghadapai sanksi sosial yang lebih berat lagi saat seseorang ingin memperisterinya, dia tidak lulus seleksi bibit, bebet, bobot yang digelar calon mertuanya. Dia meradang, "Tuhan! Dimana maha adilMu itu!"

Setelah amarahnya reda, tangisnya berganti sesenggukan dan tatapan kosong, aku yang bengong kenapa ada di ruang dan waktu ini dengannya, bengong apakah aku bisa membuatnya berpikir positif dengan hidupnya bukan sekedar memberikan semangat tapi berhasil menggali hikmah-hikmah tersembunyi dari setiap kejadian untuk aku sodorkan, seperti kata Rabi'ah, "di dunia ini tidak ada musibah, semuanya Rahmat, tergantung kita mau berada di sisi mana." Atau aku sebaiknya menjadi tong sampah besarnya saja?

Rasanya ingin kupeluk dia seperti memeluk Dewi adikku mamanya si Azriel. Melihat mataku menatapnya seperti itu, dia tersenyum, "Kak, saya baik2 aja, mohon do'anya aja.."

Alhamdulillah. Begitu banyak jenis dosa dan kejahatan yg bisa kita perbuat dan hanya satu yang berat untuk beroleh ampunan, menduakan-Nya.



Popular posts from this blog

Resensi Buku Suka-Suka: "Picatrix"

Ejapi Tompi Na Doang

Debat