Dying Office


Aku shock sendiri pagi ini setelah perhatiin kantor Divisi-IT yg kebetulan masih aku yang pimpin. Aku seperti ngeliat sebuah kantor yang sekarat, yang udah kehilangan lebih dari 1/2 dari nyawa dan semangat besarnya! :( Sedih ngeliatnya.. Di sini aku aku belajar banyak hal, di sini juga 2 tahun terakhir kita saling memberdayakan. Gampang aja ngukur sisa nyawanya, 1/2 dari iman itu kebersihan, kantor ini jorok artinya imannya kurang lebih sisa 1/2. Tanpa iman, keyakinan apa masih bisa disebut hidup?

Keadaan ini bukan karena niatku yang sudah kusampaikan sejak 6 bulan lalu pada pimpinan puncak, aku akan ninggalin kantor ini paling lambat tahun depan. Aku tahu pasti, kantor ini sekarat karena:
  1. Wanprestasi para birokrat tentang waktu pembayaran yg mereka janjikan.
  2. Pimpinan puncak yang tidak konsisten dengan visi awal kantor ini.
  3. Kantor amatir yang dijalankan oleh para amatiran, termasuk aku juga yang baru 3 bulan terakhir bisa membuat kantor ini meningkat omzetnya hingga 300%, luar biasa ya? Tapi omzet itu tidak ada artinya dibanding tunggakan tagihan yang gedenya mampu membuat kantor ini collaps.

Tentu kantor ini tidak akan kubiarkan mati, walau itu mungkin berarti setelah melepas rantai di kaki kiriku untuk aku pasang lagi di kaki kananku. Sabar kawan, keadaan akan membaik. Bila belum ada yang bisa kalian lakukan untuk membuat keadaan jadi lebih baik, minimal kita tidak membuatnya jadi makin buruk.



Popular posts from this blog

Resensi Buku Suka-Suka: "Picatrix"

Ejapi Tompi Na Doang

Debat