Belati Kehidupan (punya Tyas aku colong :)

Akhirnya selesai juga laporan keuangan yg diminta ama orang-orang sirik itu. Andai aja mereka tahu gimana susahnya bikin kantor ini bisa survive 2 tahun ini, mereka gak bakal sirik deh, malah mungkin bakal ngeledek aku, "Masih ada juga orang bodoh di dunia yg lebih mikirin orang lain dari dirinya sendiri." Mereka pikir aku jadi kaya-raya apa kerja di sini? Bukan gak bersyukur tapi dengan kerja di rumahku di Makassar, dan bisa tidur di kamarku tercinta sepuasnya (di sini aku sering banget tidur di kantor make matras tebel ditemani si Belang kucing maskot kantor) aku bisa dapetin penghasilan bulanan yang 2-3 kali lebih besar. Walau begitu aku tetep masang target kok dari awal gak mau netap di kota ini, paling lama 2 tahun dan itu 15 Oktober kemarin. Kalau gak kebelet nikah aja, mungkin aku ga bakal ninggalin Palu deh, karena aku enjoy banget bekerja sambil memberdayakan diri sendiri dan lingkungan aku..

Tadinya udah siap-siap mo tidur, tapi pas baca postingan mbak Tyas "Belati Kehidupan" sebelum shutdown laptop, aku jadi pengen nulis versi aku tentang belati kehidupan. Ini versi aslinya:

Jika kehidupan melemparkan belati ke arahmu, ada 2 cara untuk menangkapnya..

#1 Jika kamu menangkap mata pisaunya, ia akan melukaimu..
#2 Jika kamu menangkap gagangnya, kamu dapat menggunakannya untuk memperjuangkan jalanmu..


Kok serem banget ya? Kehidupan melempar belati ke kita.. Tapi itulah hidup! Sedapat mungkin kalo aku sih berusaha nangkep gagangnya trus kalo berhasil mo aku laporin ke polisi buat barang bukti, ada orang yg ngelempar belati sembarangan di tempat Tyas.. :D

Kalau belati kehidupan sedang mengarah kepadaku, tentu saja akan berusaha kutangkap, apakah dapat matanya yg melukai atau gagangnya yang aman, itu soal nanti yang penting aku nggak kabur kayak pengecut, karena dalam setiap kejadian selalu ada hikmah yang bisa dipetik. Satu lagi, siapapun yang melempar belati itu jangan sampai akulah orangnya. Lagian tidak selamanya kehidupan melempar belati kok! Kadang malah buah mangga masak yg dilemparnya, tapi karena kehidupan tahu kita gak punya pisau buat ngupasin mangga dikasi dah pisau belati..

Intinya kehidupan selalu punya dua sisi. Satu sisi tajam yang bisa melukai dan sisi lain yang berguna dan mungkin emang kita butuhin.




Popular posts from this blog

Resensi Buku Suka-Suka: "Picatrix"

Ejapi Tompi Na Doang

Debat