Belajar Ikhlas

Waktu masih SMP kelas 3, di Makassar ada satu stasiun radio swasta yg pertama pindah frekuensi ke FM, selalu menutup acaranya dengan jinggle instrument gitar klasik dan kutipan kalimat, "Hanya ikhlas yang bisa membuat kita tenang..."

Sebulan belakang ini saya begitu gelisah (baca: anonimnya "tenang") karena tahu pasti saat masalah yang paling pertama datang dan belum terpecahkan maka masalah-masalah lain yang juga minta dipecahkan dalam sekejap akan susul-menyusul membuat kondisi "leher botol" nampak indah beraneka warna :D besar di belakang kecil dimuka dan berdesak-desakan menyumbat leher botol.

Alhamdulillah, jinggle itu mengingatkanku jalan keluar untuk semua ini, dengan ikhlas! Tapi seperti biasa, kehidupan tidak memberi anda ikan yang siap santap di bawah tudung saji, kehidupan seringkali hanya memberi anda kail atau informasi mengenai arah angin dan ketinggian bulan untuk mengetahui ikan lagi dimana.

Ikhlas? Berat euy! Definisi ikhlas yang aku kenal selama ini adalah: lepaskan, berikan lalu tiba-tiba kena amnesia akut. Mulailah kupilah-pilah apa-apa saja yang ada di "leher botol" dan telah membuatku sedemikian gelisah hingga kadangkala menunda-nunda kewajibanku 5 kali sehari? Betapa terheran-herannya saat kugunakan cermin "bila aku mati hari ini", ternyata tidak ada satupun! Tak satupun kawan! Masalah yang bertumpuk di leher botol itu penting!


Popular posts from this blog

Resensi Buku Suka-Suka: "Picatrix"

Ejapi Tompi Na Doang

Debat