Jodoh

Ternyata sebagian besar dari teman-teman blogger yang getol nulis (termasuk aku.. :) statusnya sebagian besar jomblo! :Aku nggak mendata dengan metode statistik atau penelitian kuantitatif berapa persen dari kita yang jomblo, soalnya informasi tentang "status" itu cuma informasi ikutan dari tujuan aku blogwalking, baca-baca nimba ilmu, ngisi shoutbox, dan becanda killing time selepas rutinitas yang mekanis..

Waktu baru naik kelas III SMA di bulan Ramadhan aku pernah bermimpi diajak jalan-jalan ama almarhumah nenek.. Aku dibawanya keliling-keliling naek kapal pesiar yang warnanya serba putih, gede banget dan bersih. Pemandangan yang aku liat selama di perjalanan, jangan ditanya deh gimana indahnya, kayak wallpaper windows aja.Tapi yang paling berkesan dari seluruh perjalanan dalam mimpiku itu saat pamit pulang sebelum turun dari kapal gede yang aneh itu, aku dipanggil sama Almarhumah, "Jangan turun dulu An.. Amak mo ngenalin kamu sama jodohmu.." Di sampingnya ada perempuan lebih pendek dariku, rambutnya panjang dan beberapa tanda-tanda fisik lainnya yang masih aku ingat sampai sekarang. Tanganku disalimi ama perempuan itu. Pengalaman dalam mimpi itu begitu berbekas dalam dan membuatku secara sadar berlaku irrasional, terobsesi bahkan untuk beberapa tahun lamanya.

Obsesi 1
Perempuan (thank God! I have normal sex orientation..) teman sekelas aku di SMA kelas III Fisika. Tamat SMA pilihan pertamanya di UMPTN fakultas kedokteran UNHAS, aku maksain juga untuk suka dengan Kimia dan Biologi supaya bisa lulus kedokteran. Dia lulus, aku tidak. Tahun berikutnya aku coba lagi UMPTN eh dapatnya Jurnalistik, coba lagi jatuh di Arsitektur deh, dan dia udah pacaran serius dengan seniornya yang calon dokter sedang aku jatuh cinta dan pacaran dengan tetanggaku yang kuliah di FISIP 3 tahun dan sama sekali beda dengan gambar di mimpiku. Keyakinanku pada akurasi mimpiku udah berkurang 25%. Mereka berdua sekarang sudah menikah.

Obsesi 2
Adik seorang sahabatku. Waktu itu aku udah semester III dan masih berpacaran dengan tetanggaku yang kuliah di FISIP tadi, pas maen ke rumah sahabatku itu sesaat setelah parkir motorku dia yang membukakan pintu rumah dan tiba-tiba aja aku seperti mendengar suara dari dalam hatiku, "Itu dia jodohmu.." Tentu aja suara itu aku bantah, "Bagaimana bisa??!!" Setelah 3 tahun akhirnya aku putus dengan tetanggaku dan aku terobsesi pada adik sahabatku ini karena ada satu ciri fisik yang aku lihat sama dengan gambar di mimpiku. 2 tahun terobsesi dan sepertinya bukan jodohku juga. Aku mulai tidak percaya pada mimpiku.

Berhenti Terobsesi
Masa kegelapan. Hidup tanpa obsesi tanpa tujuan. Aneh, bagaimana bisa aku menempatkan perempuan dalam mimpiku sekian tahun menjadi obsesi dan tujuan hidupku? Tidak masuk akal dan absurd.. :D Tapi sisi lain dari melepaskan mimpi dan obsesi aku menjadi gamang akan tujuan hidupku. Jum'at, Sabtu dan Minggu kehilangan akal sehat dan hari lainnya kugunakan mencari uang untuk membiayai 3 hari tadi. Hippies banget sampai suatu ketika dalam perjalanan dari pelabuhan Tanjung Priok Surabaya menuju stasiun kereta Api Gubeng - Semut untuk melanjutkan perjalanan ke Bandung di dalam bus Damri di sampingku duduk seorang kyai NU muda yang membuka percakapan untuk membunuh waktu. Dia sudah 12 tahun tinggal di pedalaman Mandar (sekarang Sulawesi Barat) dan menikah dengan penduduk lokal, dia mau "sowan" ke guru-gurunya. Aku yang berangkat dari Makassar dengan niat kotor ke Bandung untuk melengkapi gaya hidup hippiesku yang belum genap karena belum ikut seks bebas. Entah, dari sekian banyak maksiat yang pernah aku explorasi (aku memohon ampunan Mu ya Allah..) aku tetap berkeyakinan bahwa seks itu sesuatu yang sakral, begitu sakralnya hingga Tuhan membuat aturan dan juklak (petunjuk pelaksanaan) yang begitu lengkap tentang hubungan 2 orang yang berlawanan jenis. Tapi hari itu aku berniat untuk masuk ke sana.

Alhamdulillah, setiap ajaran moral dan contoh yang aku lihat di rumahku semasa kecil hari itu menjadi pagar yang kokoh buatku, belum lagi buku-buku agama, psikologi, pendidikan dan filsafat milik ayahku yang memenuhi kamarku menjadi temanku setiap malam. Aku dari SD sampai SMA tidur di perpustakaan ayahku karena rumah kami yang kecil. Kyai muda itu seolah tahu, aku diajaknya berbicara tentang filsafat Ketuhanan. Tenggelamlah kami dalam obrolan asyik hingga bis itu masuk stasiun Gubeng dan diam-diam aku merasa maluu banget bila masih menyimpan niat busuk di hatiku setelah bercerita tentang Zat Maha Suci yang coba kami kenali dan cintai seumur hidup. Bagaimana mungkin setelah berbagi tentang cara-Nya menyentuh hamba-Nya yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan hamba-Nya, di hatiku masih ada pikiran kotor. Niat kotor itu aku campakkan tepat setelah bersalaman dan berpelukan dengan Kyai muda itu tanda berpisah.

Setan tidak pernah putus asa.
Selain ahli Tauhid, satu lagi yang aku kagumi pada Setan, sifat pantang menyerahnya. Di atas kereta Anggrek yang akan membawaku ke Bandung aku sekursi dengan gadis manis yang mau ke Bandung juga. Kenalan, ngobrol dan akhirnya bertukaran nomor hape. Yes! Begitu kata syahwatku yang bersekutu dengan setan. Setiba di Bandung aku langsung ke rumah kontrakan kawan SMA ku, rumah yang dikontraknya itu rumah kost dengan 5 kamar, 2 diantaranya masih kosong, dengan tanaman perdu berdaun 5 di halaman belakang dalam pot :D

Besoknya aku diajak oleh salah seorang kawan yang juga tinggal disana maen ke kampusnya. Mitos itu benar adanya, 11 cewek di angkot 12 diantaranya cantik. Kampusnya Unisba, Universitas Islam Bandung. Aku ingat sudah menyimpan nomer hape teman di kereta tadi, baru saja akan menelponnya tahu-tahu seorang dosen muda duduk disampingku di koridor kampus Unisba, dosen agama Islam. Alhamdulillah, karena dia dosen agama Islam, tentu saja dia tidak akan bercerita tentang tempat-tempat asyik di Bandung. Ngobrol-ngobrol akhirnya dia bercerita tentang seks bebas pelajar dan mahasiswa. Dikeluarkannya satu hadits yang menurut para ahli hadits, itu hadits lemah. Bunyinya kurang lebih begini, "Berzina sekali maka amal ibadah selama 40 tahun tidak diterima disisi-Nya.." Alamak! Waktu itu aku 25 tahun! Bila aku teruskan niatku artinya nanti di usia 65 barulah amal ibadahku beroleh pahala, itu kalau aku cuma sekali berzina. Bila berkali-kali? Sampai mati amal ibadahku cuma berbuah lelah. Niat kotorku yang sudah muncul lagi sejak di kereta belum sempat kucampakkan (lagi) sudah kena stroke dan mati berdiri.




Popular posts from this blog

Resensi Buku Suka-Suka: "Picatrix"

Ejapi Tompi Na Doang

Debat