Hari Besar

Hari ini 23 Agustus 2008 nambah satu lagi ponakan dari uni Nina, si Ariel sekarang sudah punya saingan ngerebut tahta jadi raja kecil di Makassar. (punyaku sendiri kapan ya? ;) yang jelas ikhtiarku tahun ini juga --ikhtiar nikah dulu anak sesudahnya tentu, mo pake jalur normal aja deh, nikah dulu baru anak, amin..-- Skala prioritas numero uno! Yang lain nomer dua. Kerjaan, pemberdayaan diri sendiri dan lingkunganku, semua nomer dua. Kenapa juga baru sekarang jadi nomer dua? :D

Beneran mah kata si Steve Jobs, waktu kita terbatas jangan habiskan hidupmu untuk orang lain. Masalahnya kalo kita cinta ama semua mahluk Tuhan? Nah lo! Emang punya gitu? Cinta tak berbatas seluas semesta?  Gak lah, aku masih cetek banget soal being "rahmatan lil 'alamin"..


Mungkin Aku Terlalu Pemilih
Padahal kalo diikutkan kompetisi aku juga belum tentu kepilih.. Hehehe.. Nggak, pemilih mungkin nggak. Berhati-hati iya karena pernah trauma. Soal trauma nggak usah dibahas di sini ya? Yang jelas bukan karena udah pernah gagal.

Atau Too Much Choice Kah?
Nggak. Kok masih soal pemilih? Memilih dan dipilih? Apaan, pemilu kali? Emang gue sapa gitu mo memposisikan diri sebagai pemilih. :D

SO WHAT!!!
Iya ya.. Jadi kenapa belum juga? Pertanyaan susah.. Begini, setelah masa-masa usia belasan ampe 20an terlampaui, romantika menikah karena cinta sudah gada dalam pikiranku, sekarang yang ada mencintai yang kunikahi. Dan motivasi terbesarku cuma satu, ibadah. Beberapa temanku di Makassar kalo membaca posting ini pasti protes keras: "Lalu kenapa kandidat kami tidak pernah kau follow up?!!" Kata siapa nggak aku follow-up? Aku "do-follow" kok... Buktinya dari pertama dikenalin, nama mereka satu-persatu (nggak sepanjang daftar nama RT/RW kok, di bawah 5 nama aja) aku sebutin hampir di tiap sujud-sujud panjangku. Sepertinya, barangkali mereka yang belum nyebut namaku dalam do'anya.. :D

Aku mengalir aja. Tahun ini akhir siklus 2 tahunanku. Sudah 10 tahun terakhir setiap 2 tahun aku hijrah. Kadang karena memang aku rencanakan, kadang karena memang takdir yang inginkan aku untuk pindah. Aku nerimo aja ngikutin jalan yang bermuara ke telapak tangan, soalnya udah pasti Pemilik Takdir lebih tau. Alhamdulillah, so far udah lebih banyak ninggalin yang baik-baik di tempat yg pernah aku singgahi daripada ninggalin keburukan. At least aku udah nyimpen tabungan kebaikan, kalo saja bidadariku ternyata adanya di dunia akhir nanti.

Jadi pengen nyebut nama lagi dalam shalatku, kali ini satu nama saja.

Popular posts from this blog

Resensi Buku Suka-Suka: "Picatrix"

Ejapi Tompi Na Doang

Debat