Realita Maya (baca: Ilusi) di Internet


Lama tidak begadang sudah seminggu plus 2 hari (untukku itu lama), aku begadang lagi ampe subuh, pertama karena ngejar tuntasin kerjaan sebelum 11 Januari (ada lagunya :) biar bisa mudik ke Makassar lagi, kedua aku terusik banget dengan konflik Indonesia Malaysia di internet ini. Ketiga, emang pengen begadang (mestinya ini yang pertama ya? :) Bukan apa-apa keinginanku menulis tentang pilkada Sulsel aja tidak sempat-sempat, takutnya tulisan ini keburu tenggelam lagi dengan rutinitas.

Pemahamanku tentang ilusi dan kenyataan di internet kini bertambah. Aku kini makin yakin bahwa internet ini maya dan fiktif, atau belum serealistis yang aku harapkan. Panca indera membuktikan bahwa internet tidak bisa disentuh oleh kulit karena dia bukan massa, bukan benda, dia hanya sebuah citra, sebuah image, yang bisa menjadi makin nyata bila kita menginginkannya demikian atau men-set pikiran kita untuk menganggapnya nyata dan makin nyata saja bila emosi ikut bermain di dalamnya. Internet tidak berbau, hidungku hanya mencium bau wangi kopi dan asap tembakau saat menuliskan ini. Lidahku hanya merasakan pahit asap rokok dan getirnya kopi di ujung lidah saat on-line sekarang. Internet kini kutempatkan pada tempatnya, tidak lebih dari sebuah alat komunikasi dan informasi. Tidak ada bedanya dengan telpon, fax atau sms.

Aku sudah pernah menulis tentang bagaimana internet bisa saling mempengaruhi kita di sini yg lagi on-line, dengan kita di dunia nyata sebagai, bos, bawahan, kakak, adik, ponakan, dan tante-tante yang ada di mobil kijang :) Nanti aku upload lagi tulisan itu.

Di salah satu dinding penjara kamp konsentrasi Nazi Jerman ada tulisan seorang tawanan di sana, "Kau bisa membungkam mulutku, kakiku, tanganku, bahkan membunuhku, tapi kau tidak bisa merampas kebebasanku berpikir!"

Internet bisa membuat kita hidup di dua dunia yang paralel. Di dunia nyata kita punya satu kehidupan, dan kehidupan yang lain di dunia maya. Di dunia nyata kita mungkin udah terlabel macam-macam, label bos, label tukang, label garong, label uztads, label pendeta, label pecundang, dll. Di dunia maya label ini bisa kita koreksi semau kita, mo jadi orang yang paling menjengkelkan ato jadi manusia dengan segala sesuatu yang diimpikan orang. Cuma ada satu aturan di dunia maya, there is NO RULES! Do what you wanna do. Be what you wanna be.

2 dunia ini bisa saling mempengaruhi satu sama lain dan kadang dipergunakan  untuk pengaruhi manusia lain (termasuk gw kali ye?) Di beberapa forum yang aku masuki dengan berbagai nick dan user id benar adanya kutemukan sekelompok orang (aku bilang sekelompok karena mereka melakukan infiltrasi dengan modus yg mirip bin sama) Penjahat infiltrasi ini seenaknya saja membuka topik diskusi tanpa peduli siapa yg ada disitu. Keterbukaan informasi itu bagus, tapi tetap ada rambunya.

Contoh, Apa jadinya bila mahasiswa kedokteran berdiskusi tentang penis atau vagina di ruang kuliah (maaf gw sengaja ngambil contoh yg ekstrim biar jelas) membawa topic diskusinya ke tempat parkir pasar?

Kelompok ini paling suka menginflitrasi daerah yang paling pribadi dari kita, hubungan kita dengan Tuhan serta keyakinan-keyakinan atau ideologi yang kita punya. Mereka menguasai metode brainwash tingkat dasar. Pertama-pertama lemparkan sebuah isu, tunggu tanggapan, ketika tanggapan mulai ada, ciptakan polemik, tunggu sampai memuncak, menjelang puncak mereka membuat dead lock, nah.. saat dead lock itulah mereka muncul dengan isyu baru yang sepertinya merupakan pencerahan dari masalah yang mereka munculkan tadi. Pencerahan palsu inilah yang bahaya.

Topik yang paling sering dijadikan "kendaraan" untuk infiltrasi pikiran dan keyakinan biasanya, Tuhan, Sex, Ideologi Marxsisme, Kepincangan Sosial, Dunia Hiburan, SARA, pokoknya segala hal yg enak untuk dibicarakan namun tidak memiliki kemungkinan untuk ditutup dengan sebuah kesimpulan yang konkrit..

Popular posts from this blog

Resensi Buku Suka-Suka: "Picatrix"

Ejapi Tompi Na Doang

Debat